PEKANBARU - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyerahkan 500 eksemplar buku harimau 'Bonita Hikayat Sang Raja'. Buku karya almarhum wartawan senior Detikcom, Haidir Anwar Tanjung itu, tiba di Pekanbaru, Riau, Senin (21/12/2020).

Mewakili Menteri LHK, Siti Nurbaya, buku setebal 403 halaman itu diserahkan oleh Sekjen Direktorat, Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE), KLHK, Tandya Tjahjana dan diterima ahli waris, diwakili oleh adik kandung penulis, Banda Haruddin Tanjung dan anak bungsu penulis, Fikih Nauli Tanjung.

Penyerahan buku digelar di kantor Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Riau, jalan HR Subrantas, Pekanbaru. Turut hadir pada acara tersebut, wartawan senior Kompas, Syahnan Rangkuti, selaku editor buku Bonita Hikayat Sang Raja. Kemudian, Staf Khusus Bidang Komunikasi Digital dan Media Sosial KLHK, Afni Zulkifli, dan Kepala BBKSDA Riau, Suharyono.

Sekjen KSDAE KLHK, Tandya Tjahjana menuturkan, buku Bonita Hikayat Sang Raja sebuah karya yang luar biasa. Banyak edukasi, sosialisasi, dan pesan moral agar masyarakat saat ini dan generasi yang akan datang dapat menjaga sumberdaya alam dan ekosistemnya.

"Penyerahan buku ini adalah amanah Ibu Menteri, Siti Nurbaya. Untuk itu saya menyampaikan buku ini kepada ahli waris. Semoga buku ini bisa bermanfaat. Atas nama Ibu menteri dan saya pribadi, kami mengucapkan terima kasih kepada ahli waris dan tim penulis buku ini.

Pada kesempatan itu, mewakili ahli waris, Banda Haruddin Tanjung menuturkan, atas nama keluarga almarhum Haidir Anwar Tanjung, ia menghaturkan terima kasih yang tak terhingga, kepada Menteri LHK Siti Nurbaya, beserta jajaran KLHK, dan semua pihak yang telah membantu terbitnya buku ini.

"Mewakili ahli waris, saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Menteri Siti Nurbaya, berserta jajaranya dan semua pihak yang telah membantu sehingga buku ini bisa diterbitkan. Semoga kerjasama yang baik ini menjadi amal ibadah kita semua," ujarnya.

Bonita Hikayat Sang Raja

Buku ini mengisahkan konflik manusia dengan harimau sumatera liar yang kemudian. diberi nama Bonita. Kejadian ini membuat heboh, menjadi sorotan secara nasional pada tahun 2018. Penanganan dalam upaya merelokasi satwa bernama latin Panthera Tigris Sumatrae itu, membutuhkan waktu yang panjang. Bertempat di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.

Bonita selalu menjadi berita hangat untuk media lokal, nasional bahkan media internasional. Menjadi trending topik selama dia masih dalam proses pencarian. Media tidak henti-hentinya men-update apapun yang terjadi pada tim di lapangan, termasuk pada Bonita yang menghilang di lokasi konflik. Bahasa guyonnya “Kentut pun Bonita, akan jadi Berita”.

Kisah-kisah dalam proses penangkapan Bonita merupakan kisah yang unik, yang juga belum tentu terjadi kembali, bahkan tidak pernah dibukukan sebelumnya. Kisah Bonita, dan orang-orang yang terlibat dalam penanganannya, sudah selayaknya menjadi pelajaran berharga bagi umat manusia.

Buku ini juga merupakan warisan berharga bagi generasi selanjutnya, mengenai kisah harimau sumatera sebelum punah seperti yang terjadi pada harimau jawa. Sehingga buku ini, 

mengupas sebuah pandangan budaya dari masyarakat Riau dalam melihat konflik yang terjadi antara manusia dan harimau sumatera dan sarat pesan moral, agar semua pihak untuk bersama-sama mencari solusi, guna melestarikan ekosistem harimau sumatera yang tersisa.

Dalam penulisan buku ini, almarhum Haidir melibatkan wartawan senior Kompas, Syahnan Rangkuti sebagai editor, FB Anggoro, selaku editor foto, Desain grafis, Prahara Al-Anha,Tim kreatif Abdullah Sani, Anggi Romadhoni, Banda Haruddin Tanjung, Popi Kurniawan, dan Raden Heru Christianto. (rls)