SEBAGAI pemuka agama, Yung Leman galau memikirkan masa depan anaknya semata wayang. Hari ini ia ikut Ujian Nasional (UN), namun belum punya pilihan pendidikan apa yang akan diambil untuk masa depannya. Ia pun menguji bakat apa sebenarnya yang ada pada si anak.

Di meja kamar anaknya diletakkan tiga macam benda, lalu ia memantau lewat kamera pengintai dari kamarnya sendiri.

Ia beranggapan kalau benda yang diambilnya adalah benda pertama, yaitu kitab suci, maka si anak akan jadi pemuka agama seperti dirinya. Tapi jika yang dijamah uang ia pasti akan jadi pengusaha. Kuliah di fakultasi ekonomi sangat sesuai untuknya.

Tetapi jika yang dijamah benda ketiga, yaitu minuman keras, dipastikan ia akan jadi preman dan pemabok.

Begitu si anak pulang dari UN, pemuka agama itu dengan serius memandangi monitor, harap-harap cemas apa yang akan dipilih. Selepas si anak masuk ke kamar ia meletakkan tas sekolahnya di atas rak buku. Lalu matanya terpaku akan benda-benda asing di mejanya.

Setelah sejenak terkesiap, si anak mengambil kitab suci dan mengepitnya di ketiak. Kemudian ia mengambil uang dan memasukkan ke saku. Sejenak kemudian ia membuka botol minuman keras dengan giginya dan langsung meminumnya.

Sang ayah tanpa sadar berseru sendirian, ''Ya Allah, anakku akan menjadi anggota DPR... ampuni anakku ya Robb...''***