SUATU hari terjadi perampokan di sebuah bank. Yung Leman, kepala geng rampok, berteriak kepada semua orang yang sedang berada di bank, ''Semua tiarap, jangan bergerak! Uang ini semua milik negara, hidup Anda adalah milik Anda, jangan mau mati konyol.''

Semua orang di bank kemudian tiarap. Namun salah satu nasabah yang seksi mencoba merayu perampok. Tapi malah membuat perampok marah dan berteriak, ''Yang sopan Mbak! Kami ini perampok bank, bukan pemerkosa!''

Setelah selesai merampok dan kembali ke tempat persembunyian, seorang perampok muda yang lulusan universitas berkata kepada Yung Leman, komandan rampok yang hanya lulusan SD. ''Bang, sekarang kita hitung hasil rampokan kita.''

''Dasar bodoh. Uang yang kita rampok banyak. Repot menghitungnya. Kita tunggu saja berita TV, pasti ada berita tentang jumlah uang yang kita rampok,'' bentak Leman ke anak buahnya.

Sementara itu, di bank yang barusan dirampok, sang manajer bank berkata kepada kepala cabang untuk melaporkan perampokan itu ke polisi. Tetapi kepala cabang menjawab, ''Tunggu dulu. Kita ambil dulu Rp80 miliar untuk kita bagi dua. Nanti totalnya kita laporkan sebagai uang yang dirampok.''

Mendengar itu, sang manejer pun berkata, ''Alangkah indahnya jika terjadi perampokan tiap bulan.''

Keesokan harinya, berita di TV melaporkan bahwa uang yang dirampok di bank itu sebanyak Rp 100 miliar.

Di tempat persembunyiannya, para perampok pun mulai membagi hasil kerja mereka. Tetapi, belakangan mereka marah-marah.

''Kita susah payah merampok cuma dapat Rp 20 miliar. Orang bank itu tanpa usaha dapat Rp80 miliar. Kurang ajar!!!'' maki Yung Leman si komandan rampok murka.***