JAKARTA - Pengurus PSSI yang dipimpin Edy Rahmayadi, dianggap paling ideal melaksanakan reformasi sepakbola Indonesia.

Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu pengamat sepakbola yang juga merupakan salah satu pemimpin redaksi disalah satu media di Jakarta, Tondo Widodo.

Dalam tulisan yang diposting Tondo Widodo di laman facebooknya mengatakan, kombinasi Edi Rahmayadi, Joko Driyono, Iwan Budianto dan digawangi Ade Wellington selaku Sekjen merupakan kombinasi yang paling ideal untuk melaksanan reformasi sepakbola indonesia.

"Saya optimis pengalaman Djokdri dan Iwan B dalam pengelolaan manajemen organisasi dan kompetisi dan majemen klub sepakbola akan sangat membantu Edi Rahmayadi bagaimana membuat arah kebijakan reformasi sepakbola Indonesia," tulis Tondo Widodo, Minggu (13/11/2016).

Pengalaman sebelumnya kata dia, bagaimana melola kompetisi yang sarat dengan berbagai kasus tentu akan tereliminir karena sorotan masyarakat dan media kepada mereka.

"Demikian juga pembentukan tim nasional dari belbagai lapisan umur harus menjadi prioritas utama dan bukan hanya menjadi suplemen saja seperti saat pengurus-pengurus yang lalu. Karena pada hakekatnya keberhasilan kepengurusan PSSI bermuara pada keberhasilan Tim Nasional untuk mengangkat nama baik Indonesia. Saya yakin Jokdri, Iwan dan Ade maklum akan hal ini," sambungnya.

Masih kata Tondo, banyak pekerjaan yang menunggu tim ini salah satunya adalah soal perwasitan,kompetisi, pembinaan usia muda, pendidikan dan yang sangat penting masalah financial sebagai bensinnya oorganisasi.

Tapi menurutnya, pekerjaan tersebut merupakan hal mudah kalau kompetisinya diurus secara profesional. "Saya kurang menyinggung peranan Executive Commitee yang sudah terpilih. Karena apa? Karena iklim di Indonesia keberadaan Exco masih fenomenal, para Exco ini mewakili diri sendiri bukan mewakili daerah maupun wilayah," paparnya.

Exco di Indonesia menurutnya, hanya untuk memenuhi ketentuan statuta bahwa Asosiasi sepak bola harus ada yang namanya Executive Commiteenya, namun apa sebenarnya tugas mereka? Dan mengapa mereka berebut untuk mendapatkan posisi ini? "Ada kesalahkaprahan tentang fungsi tugas para Exco ini. Malah kelak pasti ada yang masing-masing meminta ruangan kerja. Mereka bukan pengurus yang sehari-hari harus berada di kantor PSSI," tulisnya lagi.

Bersama dengan Pengurus Harian, mereka membuat kebijakan di masing-masing bidang dan menyerahkan pelaksanaannya kepada para profesional yang digaji untuk itu. Mereka mengawasi pelaksanaannya tetapi mereka bukan pimpinan hariannya.

"Pemimpin hariannya adalah Sekjen yang seharian berada di kantor. Memang berat tugas seorang Sekjen, makanya ia digaji besar. (kenapa tidak diperebutkan ya)Jadi adalah hal yang ganjil kalau tiba-tiba ada seorang Exco mengadakan konpers berbicara hal-hal yang spesifik soal PSSI," tukasnya.

Penguus Harian kata dia, harus mmemberi pencerahan masalah ini kepada para Exco supaya tidak mengulangi kesalahkaprahan yang terjadi selama ini. ***