PEKANBARU - Bermukim di daerah yang kaya minyak memberikan dampak bagi kebutuhan air bersih masyarakat, tak terkecuali di Duri, Kecamatan Mandau, Bengkalis yang masuk dalam Wilayah Kerja (WK) Blok Rokan. Banyak diantara mereka yang memanfaatkan air hujan.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua DPRD Riau, Hardianto, mengakui, dalam reses yang dilaksanakannya di beberapa tempat di Duri, masyarakat masih mengeluhkan akses air bersih.
"Mandau itu kan dibawahnya minyak, kan tidak bisa dibor. Kalau kita bor dangkal, airnya tak jumpai di bor, kalau di bor dalam, yang keluar minyak. Hampir sebagian masyarakat mengeluh air bersih. Ini harus jadi perhatian," ujar Hardianto, Minggu (5/9/2021).
Guna memenuhi kebutuhan air bersih ini, jelas Hardianto, masyarakat harus membeli air. Hanya saja, dengan kondisi ekonomi yang menurun akibat pandemi Covid-19, banyak masyarakat yang merasakan beratnya pembelian air ini.
Hardianto mengatakan, ketika dirinya menjabat sebagai Ketua Komisi IV DPRD Riau di periode 2014-2019 lalu, pernah dianggarkan dana untuk memenuhi kewajiban sharing budget pembangunan Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) Regional II Dumai Rokan Hilir dan Bengkalis (Durolis).
"Saya ingat dulu anggarannya di kisaran Rp 60-80 Milyar, di pembangunan SPAM itu ada kewajiban pusat, provinsi dan kabupaten. Untuk provinsi sudah kita anggarkan dulu di tahun 2017. Kalau kita lihat sekarang, pipa sudah ada, tapi jangankan jalan airnya, menetes pun tidak," ujarnya
Padahal, lanjutnya, proyek yang merupakan kesepakatan antara tiga kabupaten/kota ini ditargetkan sudah mengalir pada akhir tahun 2019. Hardianto sendiri tidak lagi memonitor karena dia sudah mengundurkan diri di tahun 2018.
"Kalau SPAM Regional II Durolis ini bisa mengaliri air bersih, persoalan air bersih di Mandau bisa clear, karena sumber airnya jelas, dari sungai Rokan," tutupnya. ***