SELATPANJANG - Pasca penemuan cacing di dalam ikan kaleng (sarden) beberapa waktu lalu, Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Kepulauan Meranti berharap negara mengambil langkah yang sangat serius. Pasalnya, ini menyangkut masa depan generasi muda.

"Negara bertanggung jawab atas pembangunan, baik ekonomi, sumber daya manusia (SDM), maupun lainnya. Kalau mengkonsumsi makanan tidak baik (bercacing, red), apa yang akan terjadi pada generasi kita nantinya. Ini harus disikapi dengan serius," kata Mulyono, Ketua YLPK Kepulauan Meranti, Jumat (23/3/2018).

Disampaikan Mulyono lagi, Sarden bercacing yang ditemukan di beberapa daerah (salah satunya di Kepulauan Meranti) berasal dari luar negeri atau barang import. Seharusnya, negara bisa membina usaha ikan kaleng milik anak negeri. Tak sedikit usaha ikan kaleng dalam negeri yang terjamin kualitasnya.

"Laut kita luas, beri ruang lebar kepada anak negeri untuk mengembangkan usaha ikan kaleng itu. Support mereka biar bisa mensuplay kebutuhan (ikan kaleng) di semua wilayah Indonesia ini," kata Mulyono lagi.

Atas penemuan cacing itu juga, Mulyoni mempertanyakan BPOM. Apakah BPOM tidak mengevaluasi sarden import sebelum diedarkan ke masyarakat. "Di kemasannya ada kode BPOM, dievaluasi tidak sarden itu. Biasanya BPOM gencar melakukan sidak, sampai masuk ke gudang," ujar Mulyono sambil mengingat sidak BPOM di Kepulauan Meranti kemarin.

Atas penemuan cacing di sarden, YLPK meminta Dinas Kesehatan, Disperindag, dan pihak terkait harus rutin melakukan pengecekan dan turun ke lapangan. Tak terkecuali camat, kades, dan lurah, harus pro aktif memantau situasi di lapangan. Pastikan betul agar sarden yang kemarin ditemukan bercacing itu tidak beredar di tengah masyarakat.

"Wilayah kita berpulau dan sulit dijangkau. Camat, lurah, dan kades harus pro aktif. Pantau betul-betul jangan sampai ada yang menjualnya. Cacing itu parasit, jelas sangat berbahaya kalau dikonsumsi," kata Mulyono di akhir bincang-bincang. ***