TELUKKUANTAN - Tragedi kematian Andria Risko alias Aan (29), warga Jake Kecamatan Kuantan Singingi (Kuansing), Riau masih menjadi tanda tanya. Bahkan, terjadi keresahan di tengah-tengah masyarakat terkait informasi yang beredar.

Begitu juga yang dirasakan kalangan mahasiswa Kuansing. Mereka menyayangkan tidak adanya penjelasan aparat kepolisian yang mengakibatkan hilangnya nyawa Aan.

"Kita mendapat kabar, korban diduga dianiaya oleh oknum aparat penegak hukum. Pak Kapolres sebagai pejabat tertinggi di institusi kepolisian harus menjelaskan ini. Jangan sampai muncul di pemikiran kamo bahwa ada upaya untuk menghilangkan jejak," ujar Wiriyanto Aswir, Ketua Ipmakusi Pekanbaru dalam rilis yang diterima GoRiau.com, Sabtu (20/4/2019).

Sebagai wadahnya kaum intelektual, Ipmakusi Pekanbaru akan melakukan tindakan advokasi terhadap kejadian yang telah menghilangkan nyawa masyarakat Kuansing.

"Kami meminta Kapolres memberikan klarifikasi secepatnya terkait kematian Aan," ujar pemuda yang akrab disapa Rian ini.

Ipmakusi juga mendesak Pemkab Kuansing berperan aktif dalam pengusutan dugaan pembunuhan yang menelan korban dari masyarakat.

"Apabila terbukti dugaan bahwa korban meninggal akibat penganiayaan melibatkan oknum aparat kepolisian, maka Kapolres dan oknum harus angkat kaki dari Kuansing dan kita minta Kapolri mencopot mereka sebagai anggota Polri," tegas Rian.

"Kami memberi waktu 1x24 jam bagi Kapolres untuk menjelaskan ini. Jika tidak ada, maka kami akan hadirkan massa besar-besaran ke Mapolres Kuansing," tambah Rian.

Sebelumnya, Kasubag Humas AKP Kadarusmansyah menyatakan Kapolres Kuansing akan memberikan keterangan terkait hilangnya nyawa Aan. Namun, sampai saat ini belum ada keterangan resminya.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Aan diamankan Polres Kuansing atas laporan pencurian buah di KKPA Unit Langgeng. Ketegangan sempat terjadi antara polisi dan masyarakat Jake pada Kamis (18/4/2019) malam itu.

Keluarga baru bertemu dengan Aan sekitar 10 jam setelah diamankan. Ironisnya, ia dalam keadaan kritis. Dimana, mata sebelah kanan membiru dan darah keluar dari hidung dan mulut.

Korban sempat mendapat perawatan di RSUD Telukkuantan. Beberapa jam setelah itu, korban dinyatakan meninggal.

Iwan Arasit, sepupu korban, meminta agar aparat kepolisian memberikan keadilan kepada Aan dan keluarganya. Mereka berharap, agar para pelaku mendapat hukuman setimpal.***