PEKANBARU - Triwulan pertama tahun 2021, jagat maya dihebohkan dengan kasus mantan atlet voli putri nasional, Aprilio Perkasa Manganang, yang berganti jenis kelamin menjadi laki-laki berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri Tondano, Sulawesi Utara.

Sebelumnya, selama 28 tahun Aprilio hidup sebagai seorang perempuan dan sempat membela tim nasional voli putri di berbagai kejuaraan internasional dan bertugas sebagai anggota TNI AD.

Ia bersyukur dipertemukan dengan KSAD saat itu, Jenderal TNI Andika Perkasa, yang memfasilitasinya menjalani pemeriksaan perihal jenis kelaminya secara mendetail. Hasilnya diketahui bahwa Aprilio mengidap hipospadia berat, suatu kelainan dimana letak lubang kencing tidak berada di ujung kemaluan.

Selain itu, hipospadia sering dikaitkan dengan adanya chordee/jaringan inelastis yang menyebabkan alat kelamin menjadi bengkok. Untuk itu diperlukan adanya operasi rekonstruksi untuk memperbaiki letak lubang penis dan meluruskannya kembali.

Hipospadia adalah penyakit bawaan lahir pada kemaluan luar laki-laki yang terbanyak kedua setelah penyakit undescencus testis/“testis tidak turun”.

Kejadiannya berkisar 1 dari 200-300 kelahiran anak laki-laki. Ada banyak faktor yang menyebabkan munculnya hipospadia, yaitu faktor genetik, hormon endokrin ibu (khususnya esterogen, progestin dan kortikosteroid), faktor lingkungan (paparan zat yang mempengaruhi sistem endokrin janin seperti dioxin, pestisida yang mengandung organoklorida), makanan (fitoesterogen pada vegetarian), radiasi dan obat-obatan.

Hingga saat ini, penjelasan pasti bagaimana munculnya hipospadia dan alat kelamin bengkok belum bisa dijelaskan.

Hal inilah yang membuat putra Ir Syahrial MSi dan Yulhendri SH, MH, seorang mahasiswa program doktor S3 ilmu kedokteran Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, tertarik untuk meneliti lebih lanjut peran-peran gen dalam alat kelamin bengkok pada pasien hipospadi. Hasilnya, dokter spesialis urologi dengan keahlian khusus urologi anak ini menemukan adanya beberapa penurunan jumlah gen, seperti gen kolagen (COL1A1), Elastin, Fibrilin (FBN-1), dan Fibronektin pada pasien-pasien hipospadia dibandingkan normal.

Disertasi ini dipertahankan dalam ujian terbuka program doktoral secara daring pada 18 Januari 2022. Doktor yang menamatkan gelar sarjananya dari Universitas Riau angkatan tahun 2004 ini adalah alumnus FK Unri pertama yang meraih gelar doktor.

Dokter Yuri melanjutkan pendidikan spesialis urologi di Universitas Indonesia. Ia aktif menulis dalam berbagai jurnal publikasi internasional dan mengikuti kegiatan ilmiah internasional.

Ia berharap hasil disertasi ini dapat digunakan sebagai bahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya penyakit hipospadia dan menjadi acuan ahli bedah dalam penanganan penis bengkok pada pasien hipospadia untuk menghasilkan luaran tatalaksana pasien yang lebih baik.

"Nggak ada tips khusus saya, taunya hanya jalani dan kerjakan sebaik-baiknya apa yang ada di depan kita. Apa yang bisa dikerjakan hari ini jangan ditunda esok hari. Harus selalu semangat." motivasi di akhir pertemuan yang disampaikan DR dr Prahara Yuri, Sp.U(K). ***