SIAK - Pihak Kementrian PU sudah mulai melakukan pekerjaan pembangunan Tangsi Belanda Benteng Hulu di kawasan Cagar Budaya, Kecamatan Pempura, Siak, Riau.

Tak hanya itu, untuk mendukung sarana wisata Tangsi Belanda ini, nantinya akan dibangun juga jembatan menggunakan anggaran Kementrian Pariwisata.

Jemput bola yang dilakukan Dinas terkait terhadap cagar budaya di Siak ini membuahkan hasil yang baik. Tidak ada anggaran yang dikucurkan melalui APBD Kabupaten Siak merenovasi bangunan peninggalan Belanda itu.

Bupati Siak H Syamsyuar sangat optimis, pembangunan kawasan cagar budaya ini bisa tuntas dalam tahun 2018 dan bisa dikunjungi wisatawan dari berbagai penjuru.

"Tahun ini sudah dimulai, yang mengerjakan langsung pusat melalui kementrian PU. Bisa jadi pelaksananya melaui Balai PU yang di Pekanbaru. Yang jelas tahun ini itu sudah selesai dan difungsikan untuk tujuan wisata, " kata Syamsuar.

Bupati Siak dua periode itu menyebut Mempura dan Siak adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan sebagai kawasan cagar budaya. Makanya pembangunan cagar budaya di Siak tidak bisa meninggalkan Mempura.

Bupati yakin, pada masa masa mendatang, Mempura akan lebih ramai dibandingkan dengan Siak. Makanya masyarakat harus sudah siap dengan perkembangan zaman tersebut.

Partisipasi yang dimaksud, masyarakat harus dapat menelurkan ide agar iven -iven pariwisata di Siak tumbuh beragam. Catatanya dengan tidak menghilangkan identitas melayunya.

Orang datang ke Siak akan bosan kalau hanya melihat istana. Perlu ada daya tarik yang diciptakan oleh masyarakat. Karena misi meningkatkan kunjungan pariwisata di Siak tidak hanya tugas Pemkab.

"Buat iven itu bukan hanya tugasnya Pemkab, masyarakat juga bisa ikut berperan. Seperti di Bungaraya, mereka menciptakan tour de sawah untuk menarik minat wisatawan. Ini bagus, saya harap di mempura juga demikian, karena mempura memiliki tradisi kenduri Apam," tegas Syamsuar.

Dilanjutkanya, dulu ketika tim Cagar Budaya Nasional datang ke Siak, mereka berencana menghapus Sungai Siak dari dalam daftar cagar budaya, namun saat itu Dia tidak setuju. Sebab kata Dia kehidupan orang melayu tidak bisa dipisahkan dari Sungai.

Urat nadi perekonomian dan mata pencarian masyarakat melayu adalah Sungai. "Orang melayu bepergian menggunakan Sungai, waktu jalan belum ada. Berdagang menggunakan jalur sungai, mencari ikan di Sungai. Sekarang aja, karena habis dilibas industri maka payah nak mencari ikan,"pungkasnya.***