AMBON - Sebanyak 1.000 peserta Sepeda Nusantara tersiram matahari pagi ufuk Timur memadati Jalan Raya A.Y. Patty, Kota Ambon yang menjadi lokasi start dan finis Sepeda Nusantara.

Wajah ceria jelas terpancar dari mereka yang akan menempuh jarak 15km saat dilepas Walikota Ambon, Richard Louhenapessy, SH yang didampingi Asisten Deputi Pengembangan Olahraga Tradisional dan Layanan Khusus Kemenpora, Sabtu, 3 November 2018.

"Kegiatan Sepeda Nusantara di Kota Ambon kali ini benar-benar beda. Terasa sekali suasananya sangat menyejukkan. Santai dan rileks sesuai dengan motto program Ayo Olahraga yang diluncurkan Kemenpora. Tabea ... Sepeda Nusantara Kota Ambon sesuai konsep," kata Bayu Rahadian.

Ya, Sepeda Nusantara menjadi andalan program Ayo Olahraga Kemenpora dalam rangka memasyarakatkan olahraga dan menjaga kebugaran masyarakat. "Saatnya, olahraga itu menjadi lifestyle (gaya hidup) di kalangan masyarakat. Ya, bersepeda merupakan cara paling mudah dan murah untuk memasyarakatkan olahraga. Perlu dicatat bahwa olahraga itu menjadi salah satu poin penting dalam mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat," jelasnya. 

Manfaat kegiatan Sepeda Nusantara, juga dipaparkan Walikota Ambon, Richard Louhenapessy, SH. Menurutnya, olahraga bisa menembus batas di tengah suasana politik yang memanas dalam rangka meningkatkan persatuan antara masyarakat Indonesia yang berbeda-beda suku dan agama. "Melalui olahraga mari kita tingkatkan persatuan dan kesatuan. Torang samua basudara," katanya.

Richard Louhanapessy juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Kemenpora yang memberikan kepercayaan kepada Kota Ambon menjadi salah satu dari 70 Kabupaten/Kota yang menjadi tempat kegiatan olahraga nasional Sepeda Nusantara.

Ucapan yang sama juga dilontarkan Romeo Soplanit SH MH, Kadispora Kota Ambon. "Kegiatan Sepeda Nusantara yang kedua kalinya ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat kota Ambon dengan meningkatnya jumlah peserta hingga mencapai 1.000 pesepeda. Kami berharap Kemenpora bisa memberikan kepercayaan kepada kota Ambon menggelar kegiatan lainnya yang berskala nasional," katanya. 

Yang menarik dalam kegiatan ini adalah penampilan tarian tradisional Tirene Ma'Mae/Tabea. Tarian tradisi kreasi baru Jujaro dan Mungare dibawakan sebanyak 4 sampai lima orang yang biasanya dipenteskan pada acara penyambutan para tamu yang berkunjung ke kota Ambon.

Tarian dengan gerakan melompat, meloncat dan berlari ini menggambarkan kharakteristik generasi muda yang bersemangat dan dinamis untuk mencapai tujuan. Dan, tarian yang diperankan nona Ambon yang bergandengan tangan ini menggambarkan kehidupan orang basudara dalam bingkai "Pela Gandong". Gerakannya mengandung makna, "Ale, Beta Deng Dia Katong Basudara." ***