TARAKAN - Seorang siswa SMP ditemukan tewas tergantung di rumahnya di RT 32, Kelurahan Sebengkok, Tarakan, Kalimantan Timur, Selasa (27/10) sore, sekitar 17.00 Wita.

Sebelum meninggal, remaja berusia 15 tahun itu sempat mengeluhkan banyaknya tugas yang diberikan guru selama belajar daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ).

''Berdasarkan keterangan beberapa saksi, korban ini orangnya pendiam, tapi pernah mengeluh karena banyak tugas dari sekolah,'' kata Kasat Reserse dan Kriminal (Reskrim) Polresta TarakanIptu Muhammad Aldi saat dihubungi Antara di Tarakan, Selasa (27/10).

Jasad korban kemudian dibawa aparat Polresta Tarakan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan untuk dilakukan visum.

''Hasil visum tidak ditemukan tanda - tanda kekerasan. Posisi korban lidahnya tergigit dan mengeluarkan kotoran, dugaan awal kami memang merupakan murni gantung diri,'' kata Aldi.

Penyidik juga sudah mendatangi dan memeriksa beberapa saksi yang pertama kali menemukan korban di tempat kejadian perkara (TKP).

''Saksi yang diperiksa baik itu dari keluarga atau dari kerabat yang diminta tolong, termasuk orang tua korban,'' kata Aldi.

Warga mengaku prihatin dan meminta agar pihak sekolah dan orangtua menjadikan kasus ini sebagai pelajaran terkait sistem PJJ.

Kartini, salah seorang orangtua siswa di Tarakan, mengatakan, banyaknya tugas yang diberikan guru disertai ancaman tidak mendapat nilai bila tidak mengerjakan, bisa membuat siswa stres.

''Hal yang dikhawatirkan terjadi. Bagaimana anak tidak stres mendapat beban dan ancaman dari pengajar terkait nilai. Belum lagi masalah biaya pulsa dan jaringan internet banyak bermasalah,'' ujar Kartini.

Selain itu, kata Kartini, tidak semua orang tua punya kemampuan dan kesempatan mendampingi dan membantu anaknya belajar di rumah.

Ia berharap, PJJ segera dievaluasi, termasuk sikap para guru yang memberikan banyak tugas dan mengancam siswa.***