TEMBILAHAN, GORIAU.COM - Sudah satu bulan terakhir ini, udara di Indragiri Hilir (Inhil), Riau benar-benar tercemar akibat kabut asap yang terus menyelimuti Negeri yang terkenal sebagai hamparan kelapa terluas se-Asia Tenggara ini.

Harapan masyarakat akan terlihatnya sinar matahari sepertinya belum dapat terwujud, pasalnya makin hari kabut malah semakin pekat. Di malam hari pun, keindahan cahaya bulan dan bintang sudah tidak tampak lagi.

''Sudah rindu dengan sinar matahari pagi, karena saat ini, tidak dapat lagi merasakan hangatnya cahaya sang mentari menyapa di pagi hari,'' tutur Nita, salah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Inhil, kepada GoRiau.com.

Tidak hanya Nita, seorang warga lainnya, yaitu H Amirul Hakim mengeluhkan hal yang sama, karena dirinya merasa sudah jenuh dengan keadaan saat sekarang ini.

''Sampai kapan kita harus menanggung bencana akibat ulah keserakahan manusia ini, saya sudah lama tidak melihat timbulnya bulan dan bintang di langit kota tercinta ini,'' sebut pria yang akrab disapa Aam ini.

Pemuda yang kesehariannya bekerja di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Inhil ini mengaku sangat miris melihat alam Negeri Seribu Parit ini, yang mana, kabut asap benar-benar melumpuhkan banyak aktivitas masyarakat.

''Semoga asap yang telah melanda sebulan terakhir ini dapat usia, hujan segera turun, dan kehidupan berjalan normal kembali,'' harapnya.

Tidak terlihatnya matahari, bulan dan bintang, adalah sebagian dampak dari kabut asap yang telah lama betah berada di Inhil ini.

Dampak lainnya yang lebih parah dari kabut tersebut adalah, banyaknya masyarakat Inhil yang terserang penyakit Inspeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare serta terganggunya aktivitas belajar siswa.(ayu)