PEKANBARU - Pembukaan sekolah tatap muka terbatas di Kota Pekanbaru ternyata mendapat respon positif dari orangtua siswa. Pasalnya, sekolah tatap muka terbatas dinilai sebagai solusi dari berbagai persoalan pendidikan di tengah pandemi Covid-19 ini.

Salah seorang orangtua, Maradoni, mengatakan, dirinya sangat setuju dengan kebijakan ini, bahkan saat masih dalam bentuk wacana di akhir tahun 2020 lalu. Karena, dia sudah khawatir dengan kondisi anaknya.

Disampaikan Doni, selama pandemi Covid-19, anaknya sibuk keluyuran rumah dan dia sudah lelah melarangnya. Karena, anaknya tidak memiliki rutinitas selain bersekolah. Artinya, ada potensi penularan di luar rumah

"Saya setuju sama kebijakan ini, yang penting sesuai Prokes. Kalau dia tidak ke sekolah, pasti dia berinteraksi dengan banyak orang, yang kita tidak tahu siapa saja. Kalau di sekolah, kan interaksinya cuma di lingkungan sekolah saja," kata Doni.

Anak Doni sendiri tercatat sebagai siswa di SMPN 5 Pekanbaru dan sudah mulai bersekolah sejak Hari Kamis lalu, dimana dilakukan skema belajar 2 kali dalam seminggu, dia berharap supaya kedepannya bisa diterapkan setiap hari.

"Mudah-mudahan kondisi kembali normal, dan anak bisa ke sekolah setiap hari. Karena, saya lihat ilmu yang didapat selama sekolah online jauh berbeda dengan sekolah offline," harapnya.

Senada dengan Doni, salah seorang Warga Pekanbaru lainnya, Hendri mengaku sangat sepakat dengan kebijakan ini, dan dia berharap supaya sekolah bisa dilakukan setiap hari, meskipun jamnya dibatasi.

"Anak saya ada dua orang yang sekolah, satu di SMPN 20, satu lagi di SMAN 15. Selama belajar Daring ini, anak saya santai sekali, bahkan dia belajar hanya memakai seragam saja diatasnya, dibawahnya kadang handuk atau celana pendek, kadang malah sambil tiduran," ujar Hendri.

Adapun skema belajarnya adalah Selasa dari jam 8-10, kemudian anak-anak diberikan tugas yang cukup banyak, tugas tersebut akan dikumpulkan pada hari sekolah selanjutnya, yakni Kamis.

"Skema belajar seperti ini lebih efektif ketimbang belajar daring setiap hari, jadi saya sangat mendukung sekolah tatap muka ini," katanya.

Kemudian, dari efektifitas belajar, anaknya juga kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru, sehingga persentase ilmu yang bisa diterima sangat sedikit dibandingkan belajar tatap muka.

"Siswa yang menerima pelajaran pasti pikirannya mau main saja, dan kadang guru juga begitu. Guru yang ada sekarang itu kan pasti dibekali ilmu bagaimana membaca psikologis anak supaya kegiatan belajar lebih efektif, ilmu itu tidak terpakai di online, makanya kadang tidak matching dia," tutup Hendri. ***