Tak banyak kendaraan yang lalu lalang di ruas Jalan Proklamasi pada Rabu (25/11/2020) sore, sekitar pukul 17.30 WIB. Jalan protokol di Kota Telukkuantan ini memang tidak terlalu padat, walaupun menjadi jalur lintas tengah Sumatra.

Sebuah toko berdiri kokoh di ruas jalan tersebut. Itulah Rumah Kreatif, tokoh yang menyediakan suvenir. Lokasinya cukup strategis. Berada di jantung kota dan di seberangnya berdiri SMAN Pintar Provinsi Riau.

Di dalam toko tampak dua orang sedang duduk. Dua lelaki dan satu perempuan. Sang perempuan sibuk dengan gejet-nya. Para lelaki sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ada duduk di depan komputer dan ada yang sedang menyiapkan sebuah suvenir.

Toko ini benar-benar sepi sore itu. Hanya ada mereka bertiga. Salah satunya adalah Gusriwan Fahraroza, sang pemilik usaha suvenir. Ia sedang memasang kaca miniatur jalur.

Jari-jemarinya begitu telaten dalam membingkai miniatur jalur tersebut. Miniatur ini sepanjang 20 cm lengkap dengan atletnya. Kemudian dimasukkan dalam kotak kaca dan bagian adalah adalah sebuah cermin. Sehingga, terlihat dua buah jalur yang sedang berpacu.

Gusriwan yang akrab disapa Acong ini menuturkan, miniatur jalur merupakan suvenir andalan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau sebagai cendera mata untuk tamu.

Jalur merupakan perahu panjang yang terbuat dari sebatang kayu. Panjang kayu yang dibutuhkan untuk membuat jalur minimal 25 meter dengan diameter minimal 1,5 meter.

Perahu panjang ini dilombakan dengan jumlah atlet sekitar 50 orang sampai 60 orang. Perlombaan ini disebut pacu jalur.

Setiap tahun, Pemkab Kuansing melaksanakan pacu jalur dengan puncak pelaksanaan di Tepian Narosa Telukkuantan. Pesertanya tak hanya dari Kuansing, tapi juga dari Kabupaten Indragiri Hulu.

Pacu jalur dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia. Selama empat hari, kunjungan wisatawan ke Kuansing meningkat drastis.

"Kalau saat pacu jalur, banyak pengunjung yang mencari miniatur jalur," ujar Acong yang mengaku meraup untung saat iven pacu jalur.

Namun tidak untuk tahun ini. Seiring pandemi Covid-19, Pemkab Kuansing membatalkan agenda kebudayaan tahunan yang memperebutkan Piala Menteri Pariwisata RI tersebut. Tak ada lonjakan wisatawan.

Acong lebih banyak memandangi suvenir yang tersusun rapi di etalase dan rak dinding. Sesekali, ia membersihkan debu yang mulai menempel. Napasnya terlihat berat, karena Covid-19 menyerang 'paru-paru' Rumah Kreatif.

"Untung barang tak bisa busuk," gumamnya.

Hantaman pandemi Covid-19 benar-benar dirasakan Acong yang menjalankan UMKM sektor suvenir. Terlebih, Pemkab Kuansing melarang diadakannya keramaian. Awal-awal kasus Covid-19 muncul, masyarakat pun ngeri untuk melaksanakan sebuah hajatan pesta pernikahan.

"Orang yang pesan suvenir pernikahan pun tak ada," ujar Acong.

Kondisi itu benar-benar membuat usaha Acong goyah. Rumah Kreatif tak sekokoh ruko dua lantai yang ditempatinya. Rumah Kreatif tertatih-tatih di tengah pandemi.

Dalam kondisi normal, kata Acong, omset Rumah Kreatif mencapai Rp15 juta per bulan. Pendapatan itu ia nilai cukup bagus dengan toko yang berdiri di kota dengan jumlah penduduk hanya 50 ribu jiwa.

Dengan Rp15 juta per bulan, Acong bisa menghidupi tujuh orang karyawannya. Para karyawan sudah bekeluarga.

"Kalau di masa pandemi ini, untuk operasional pun susah. Omsetnya kadang tak sampai Rp3 juta per bulan," tutur Acong.

GoRiau Acong sedang membersihkan etal
Acong sedang membersihkan etalase tempat pajangan suvenir. (foto: wirman susandi)

Acong memutar otak. Mau tak mau, ia harus mengorbankan karyawannya. Selama ini, para pekerja diberi upah tetap ditambah fee penjualan suvenir.

"Kalau sekarang tak sanggup seperti itu. Jadinya, para pekerja hanya menerima fee penjualan," kata Acong.

Pembatasan acara keramaian hanya berlangsung sampai Agustus 2020, seiring adanya aksi protes dari pekerja seni. Waktu, mereka menuntut agar Pemkab Kuansing memcabut larangan keramaian.

Kendati demikian, Rumah Kreatif belum sepenuhnya bisa bangkit.

Acong bercerita, Rumah Kreatif mulai dirintis sejak tahun 2012 silam. Saat itu, Rumah Kreatif hanya sebuah pondok yang terbuat dari papan bekas dan bambu.

Di kedai tersebut, Acong memberdayakan pemuda tempatan yang tak punya pekerjaan. Umumnya adalah preman-preman yang butuh bimbingan dalam menyalurkan bakatnya.

"Kita ingin merangkul putra daerah, mulai dari putus sekolah sampai pemabuk kita bimbing di Rumah Kreatif ini," kata Acong bercerita tentang gagasannya mendirikan Rumah Kreatif. Rumah Kreatif menampung semua kerajinan tangan dari masyarakat setempat.

GoRiau Acong memasang bingkai miniatu
Acong memasang bingkai miniatur jalur. (foto: wirman susandi)

Bahkan, Acong pernah menampung seorang perantau dari Jawa yang tak punya ongkos pulang. Acong memberinya kesempatan untuk menyalurkan bakat seninya.

"Pernah kami membuat perahu layar dengan ukuran cukup besar. Perahu ini kami buat seperti sudah berumur ratusan tahun," kata Acong.

Perahu layar ini pun laku dengan harga Rp8 juta. Pembelinya adalah seorang gadis tionghoa yang melintas menuju Pekanbaru.

"Ia sudah melewati kedai kami. Kemudian balik kanan melihat perahu layar yang dipajang di depan. Ia tertarik. Tapi tak langsung diambil. Katanya mau ke Pekanbaru dulu, ada acara," kata Acong.

"Beberapa hari setelah itu, ia datang lagi. Perahu layat dibandrol Rp10 juta, ditawarnya Rp8 juta, kami lepas," tambah Acong.

Ternyata, gadis tersebut tak hanya jatuh cinta dengan kapal layar. Tapi juga dengan pembuat kapal layar tersebut, yakni perantau dari tanah Jawa yang tersesat di Telukkuantan. Akhirnya mereka menikah dan menetap di Jawa.

Sejak 2012, saat ini merupakan masa tersulit Rumah Kreatif. Pandemi Covid-19 benar-benar menggoyahkan pondasi usaha suvenir itu.

Di tengah pandemi, Acong mencoba berbagai strategi agar penjualan meningkat. Mulai dari beriklan di media sosial hingga memasarkan lewat e-commerce.

"Itu sudah kami lakukan, menjual melalui marketplace dan e-commerce, tapi tak mendongkrak pendapatan," ujar Acong.

Untuk saat ini, Acong berharap perhatian pemerintah. Ia mengaku tak menerima bantuan presiden untuk UMKM, sebab ia merupakan seorang PNS.

"Kita tak berharap BLT khusus UMKM, tapi bagaimana pemerintah daerah memberdayakan pelaku UMKM di tengah pandemi Covid-19. Terutama yang bergerak di bidang suvenir ini, kita sangat berharap peran pemerintah," ujar Acong.***