RENGAT – Keberadaan kain songket khas Indragiri Hulu (Inhu), Riau butuh perhatian semua pihak, sehingga tetap eksis di tengah kemajuan zaman. Terlebih, kain songket sudah menjadi identitas masyarakat Melayu.

Hal ini disampaikan Farmi (50), warga Inhu yang prihatin dengan keberadaan kain songket. Kain songket produksi masyarakat Inhu memiliki banyak penggemar.

"Pengembangan kain songket sangat perlu. Jika terlambat, usaha kecil berupa kain songket akan mati. Dan, tidak ada lagi makanan khas daerah," ujar Farmi di Rengat, Jumat..

Perhatian tersebut bisa dari instansi pemerintah, swasta dan pemilik modal, terutama di bidang promosi, permodalan dan pengembangan sumber daya manusia. Tujuannya adalah untuk songket Inhu dapat membantu perekonomian pengrajin.

Padahal, jika dikelola secara optimal, songket dapat dinikmati oleh para tamu dan wisatawan yang berkunjung ke Inhu.

Bisa juga menjadi kain khas untuk acara resmi pemerintahan, adat dan pertunjukan seni budaya di daerah tersebut.

Di tempat terpisah, Ketua Tim Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP - PKK ) Kecamatan Lirik Supemi menyebutkan, kain songket yang dibuat oleh para perajin memiliki banyak peminat.

"Sebab, hasilnya halus, motifnya indah dan ini juga khas daerah Indragiri Hulu," jelas Supemi.

Namun, bagaimana kabar semua pengrajin dapat membantu usaha, baik permodalan, manajemen manajemen maupun bahan baku yang dibutuhkan.

Jika diperhatikan secara optimal, selain membantu perekonomian keluarga pengrajin , terapi tersebut juga meningkatkan daya tarik wisatawan nasional.

"Industri rumah tangga rumah tangga ini bisa berkembang jika dikelola secara maksimal," ujarnya.

Beberapa waktu lalu, Supemi bersama anggota TP PKK mengunjungi salah satu rumah industri songket di Desa Seko Lubuk Tigo Lirik milik Ratna.

Ternyata kain songket sangat halus, indah dan bahkan sesuai dengan deskripsi pemilik usaha, kain tersebut dibuat oleh pengrajin dengan sangat hati-hati, sehingga motif yang dihasilkan sangat indah.***