SELATPANJANG - Perang air di Selatpanjang yang digelar setiap perayaan Imlek menjadi pemenang I kategori wisata terpopuler pada Anugerah Pesona Infonesia (API) 2018. Penghargaan dari Kementerian Pariwisata itu telah diterima langsung oleh Bupati Kepulauan Meranti, Riau, Drs H Irwan MSi.

Penghargaan tersebut berhak diterima Kota Sagu lantaran Festival Perang Air yang belakangan berganti nama menjadi Cian Cui terpilih sebagai wisata kreatif terpopuler se Indonesia. Pemberian penghargaan berlangsung di Ballroom Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (23/11/2018) malam.

Penyerahan penghargaan berupa piagam dan tropy langsung oleh Staf Ahli Bidang Multikultural Kementerian Pariwisata RI, Esthy Reko Astuti, kepada Bupati H Irwan.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/28112018/meranti1jp-7693.jpg

Saat menerima penghargaan, H Irwan didampingi Plt Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Rizki Hidayat SSTP MSi, Kabid Pariwisata Indra Yuni SH, Kabag Umum Sekretariat DPRD Kepulauan Meranti Afrizal Dharma.

Seperti disampaikan pihak penyelenggara, Anugrah Pesona Indonesia merupakan penghargaan paling bergengsi yang diberikan oleh Kementrian Pariwisata kepada Pemerintan Daerah yang telah berhasil mengembangkan sektor Pariwisata yang dibagi dalam berbagai kategori. Seperti wisata terpopuler, wisata makanan, objek wisata unik, kampung adat, wisata kreatif, wisata sejarah, dataran tinggi terpopuler dan lainnya. Setidaknya ada sekitar 18 Kategori.

Penghargaan Anugrah Pesona Award yang diberikan oleh Kementerian Pariwisata RI bersifat independen tanpa ada intervensi dari pihak lain. Dengan menggelar kampanye dan voting melalui SMS dari bulan Juni hingga Oktober 2018. Langkah itu diambil sebagai pertimbangan untuk menetapkan pemenang.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/28112018/meranti2jp-7692.jpg

Kementrian Pariwisata RI berharap, melalui kegiatan penghargaan tahunan yang telah dilaksanakan sejak 2006 itu, dapat membangkitkan apresasi masyarakat terhadap pariwisata Indonesia. Serta mendorong berbagai pihak untuk mempromosikan wisata Indonesia di lingkup nasional maupun internasional.

Wisata Cian Cui di Kota Selatpanjang Kepulauan Meranti, dikatakan Bupati Irwan, merupakan kebiasaan dari masyarakat Selatpanjang dalam bersuka cita merayakan Imlek. Perayaan itu diaplikasikan dengan siram-siraman air selama 6 hari berturut-turut.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/28112018/meranti3jp-7691.jpg

Belasan hingga puluhan ribu warga yang berasal dari dalam dan luar negeri berbaur dan berarak di jalan protokol Ibukota Kepulauan Meranti, Selatpanjang. Kegiatan yang hanya ada 2 di dunia ini, (Kepulauan Meranti dan Thailand) berlangsung sekitar pukul 15.30 WIB hingga menjelang Maghrib sekitar pukul 15.45 WIB.

Selama pelaksanaan Cia Cui itu dari data yang dikeuarkan penyelenggara, diikuti oleh belasan hingga puluhan ribu orang yang berasal dari warga lokal dan keturunan Tiong Hoa dari manca negara seperti Cina, Singapura, Australia, Thailand, Malaysia, Afrika, dan lainnya. Selama Cian Cui berlangsung, terjadi perputaran uang di pasar hingga miliaran rupiah yang pastinya memberikan dampak besar bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Kota Sagu.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/28112018/meranti4jp-7690.jpg

Bupati Irwan berharap Festival Perang Air di Kepulauan Meranti ini kedepannya dapat dikembangkan dan dikemas lebih baik lagi. Sehingga mampu menjadi magnet bagi wisatawan lokal maupun internasional untuk mengunjungi kabupaten termuda se Provinsi Riau ini. Hal itu menurut Bupati Irwan, akan memberikan multyplier efek yang besar bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang selama ini menjadi fokus pemerintah daerah.

Menaggapi penghargaan itu, Pj Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Kepulauan Meranti Rizki Hidayat, mengucapkan terima kasih atas dukungan dan partisipasi masyarakat dan segenap pihak terkait sehingga Festival Perang Air Meranti keluar sebagai pemenang wisata terpopuler di Indonesia.

Pergantian nama dari Perang Air menjadi Cian Cui dilakukan pada tanggal 12 Februari 2016. Tepatnya pada hari Jumat. Nama Cian Cui diambil dari bahasa Mandarin yang artinya perang air. Peresmian penggantian nama itu digelar di Hotel Grand Meranti Jalan Kartini, Selatpanjang, Kepulauan Meranti, Riau.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/28112018/meranti5jp-7689.jpg

Hadir saat itu, Mantan Abang Jakarta yang juga menjabat Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Zahwani Pandra Arsyad SH MSi, Ketua PHRI Kepulauan Meranti Raden Ulun Permadi Salis, Kadisparekraf Fahmizal diwakili Kasi Pengembangan Pasar Pariwisata Yul Akhyar, GM Garuda Indonesia Pekanbaru Dedi Setiadi, dan beberapa anggota DPRD Meranti Lindawati, Dedi Putra SHI, Asmawi, dan Taufiek.

Mewakili Kadis Pariwisata Fahmizal, Yul Akhyar mengatakan iven perang air di Selatpanjang bagian dari promosi Provinsi Riau untuk kedepannya. Meski baru, tapi kegiatan perang air di Selatpanjang ini harus dikembangkan serta didukung oleh semua pihak. Sebab, jika dikemas dengan baik, dari perang air Imlek ini bisa menjadi income untuk daerah. Perang air juga dianggap bisa menjadi wisata andalan Meranti yang tiada dua di dunia. Ini merupakan tradisi yang unik dan perlu dikembangkan.

Menurut Kapolres Kepulauan Meranti Pandra pula, kegiatan perang air setiap Imlek di Kota Sagu sudah sampai ketingkat nasional maupun internasional. Dimana, ini terlihat dari banyaknya wartawan stasiun TV nasional maupun fotographer dari luar negeri. Selain dihadiri warga, Perang Air juga mampu menarik perhatian wartawan dan fotographer luar negeri.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/28112018/meranti6jp-7688.jpg

Dalam rangka mempromosikan dan memperkenalkan wisata di Kepulauan Meranti, selain makanan yang terbuat dari sagu, festival perang air ini juga akan dimasukkan ke dalam Inflight Magazine Garuda.

Peresmian pergantian nama Perang Air ditandai dengan pelepasan balon dan dilanjutkan dengan pawai bersama.

Awalnya, peserta Cian Cui menggunakan wadah berisi air seperti kantong plastik, balon. Bahkan ada juga yang menggunakan air mineral kemasan gelas. Tentu ini membuat peserta lain merasa kesakitan ketika dilempar. Tak jarang peserta hanya sekali berkeliling Selatpanjang lantaran takut dilempar menggunakan wadah yang keras.

Namun, seiring waktu berjalan, beberapa pihak terkait terus melakukan evualuasi kekurangan apa saja yang ada di perang air. Lalu dilakukan penyempurnaan pada tahun yang akan datang.

Mulai tahun 2017, berdasarkan keputusan bersama, perang air tak lagi dibenarkan menggunakan kantong yang diisi air, ataupun air mineral kemasan gelas. Tidak dibenarkan menggunakan air yang dicampur es dan zat-zat lain yang bisa berbahaya bagi masyarakat. Peserta hanya boleh menggunakan pistol atau senapan mainan berisi air, atau menyediakan baskom dan drum yang mana air tersebut untuk menyiram warga lain yang melintas. Pihak keamanan dan Dishub memantau langsung kegiatan tersebut.

Imbauan itu pun diikuti peserta perang air. Akhirnya mulai 2017 itu pelaksanaan Cian Cui mulai tertib. Usai perang air sore harinya, tak lagi menyisakan banyak sampah. Perlahan-lahan perang air ini menjadi wisata andalan yang mampu membuat semua peserta aman dan nyaman.

Atas kerja keras banyak pihak yang membuat Perang Air ini berlangsung aman, mendapat apresiasi dari salah satu tokoh Tiong Hoa Selatpanjang, Darwin Susandy SHum. Katanya, ini telah menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat sangat tinggi. Pelaksanaan perang air beginilah yang diinginkan oleh semua pihak. Tidak menyebabkan warga yang ikut merasa sakit, dan tidak menyisakan sampah. "Begitulah yang kita kehendaki. Kota kita tetap bersih, warga yang melintasi jalan kota pun senang. Apalagi saat ini tamu kita banyak," kata Darwin.

Perang Air dilaksanakan selama enam hari berturut-turut saat perayaan Imlek. Ribuan warga akan memadati kota Selatpanjang. Mereka berkeliling di jalan protokol Kota Selatpanjang (Kartini - Imam Bonjol - Ahmad Yani - Banglas). Selama berkeliling itu peserta saling tembak menembak menggunakan air. Baik sesama pengguna jalan (peserta lain yang menggunakan becak dan sepeda motor), maupun dengan masyarakat yang telah menunggu di pinggir jalan. Semuanya membaur dalam kebahagiaan. Tak menunggu lama untuk peserta menjadi basah kuyup. Momen ini pun menjadi salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu di Selatpanjang. (advertorial)