PEKANBARU - Para pekerja di Provinsi Riau ternyata masih didominasi oleh masyarakat dengan kualifikasi pendidikan Sekolah Dasar (SD). Kondisi ini tidak jauh berbeda dari kondisi tahun-tahun sebelumnya.

"Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, Aden Gultom kepada GoRiau.com di Pekanbaru, Kamis (9/11/2017).

BPS mencatat, terhitung Agustus 2017, pekerja dengan latar belakang pendidikan SD tercatat sebanyak 1,02 juta orang atau 36,84 persen dari total pekerja. Diikuti, lulusan SMA sebanyak 629 ribu orang atau 22,63 persen.

Kemudian, lulusan SMP sebanyak 519 ribu orang atau 18,70 persen, SMK sebanyak 269 ribu orang, dan lulusan Universitas sebanyak 264.995 orang atau 9,53 persen.

"Yang paling rendah terserap itu lulusan Diploma I, II dan III. Kami mencatat hanya sebanyak 72.316 orang yang terserap. Atau hanya 2,60 persen dari total pekerja," urai Aden.

Sebagaimana diketahui, jumlah penduduk menganggur di Riau berkurang 37.440 orang dalam satu tahun belakangan, sejak 2016 hingga 2017. Angka ini otomatis menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Riau dari 7,43 persen pada Agustus 2016 lalu menjadi 6,22 persen pada Agustus 2017.

Yang mana, TPT dapat menggambarkan jumlah tenaga kerja yang tidak terserap di bursa kerja yaitu 6,22 persen dari 2,97 juta angkatan kerja diketahui menganggur. Sederhananya, dari setiap 100 orang angkatan kerja di Riau, enam sampai tujuh orang di antaranya adalah pengangguran.

"Jumlah pengangguran sebanyak 184.560 orang, mengalami penurunan sebanyak 37.440 ribu orang dibanding setahun yang lalu," ucapnya.

Ia menguraikan, jumlah angkatan kerja Riau pada Agustus 2017 sebanyak 2,97 juta orang, turun 22.370 ribu orang dibanding setahun yang lalu. Komponen pembentuk angkatan kerja ini dihitung dari jumlah penduduk yang bekerja dan pengangguran.

Sedangkan, penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 tercatat sebanyak 2,78 juta orang, bertambah 15.080 orang dibanding keadaan setahun yang lalu.

Sejalan dengan turunnya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga mengalami penurunan. TPAK pada Agustus 2017 tercatat sebesar 64,00 persen, turun sebesar 2,25 poin dibanding setahun yang lalu.

"Penurunan TPAK memberikan indikasi adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja," tandasnya. ***