PEKANBARU - Pandemi Covid-19 membuat sejumlah sektor usaha menjadi mampet karena banyaknya aturan-aturan pemerintah terhadap masyarakat. Akibatnya, banyak pekerja atau buruh yang terpaksa dirumahkan.

Ketua Koordinator Wilayah (Korwil) Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Riau, Juandy Hutahuruk tak membantah. Menurutnya, sektor yang paling terdampak adalah sektor niaga dan perhotelan.

Sementara di sektor perkebunan dan migas, kondisi buruh bisa dikatakan lebih baik ketimbang di awal-awal pandemi Covid-19 lalu. Dimana, pemerintah menerapkan protokoler kesehatan ketat hingga penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Niaga dan perhotelan sangat terdampak. Ada yang dirumahkan berbayar, ada yang dirumahkan tidak berbayar. Kami terus berupaya memberikan advokasi berkelanjutan pada pengusaha supaya ada kebijakan yang pro buruh, meski mereka berdalil ada penurunan omzet karena kondisi pandemi," kata Juandy kepada GoRiau.com, Jumat (25/9/2020).

Sejauh ini ada skema 'change shift' yang diterapkan oleh pengusaha di sektor niaga dan perhotelan. Maksudnya, dari total jumlah karyawan 100 orang, pengusaha akan mempekerjakan 50 orang selama 15 hari dan 50 orang lagi 15 hari dalam satu bulan.

Dicontohkan Juandy, misalnya sektor niaga di mall, pihaknya mengakui bahwa jam operasional mall saat ini dibatasi pemerintah ditambah dengan animo masyarakat yang tak seperti dulu, dimana masyarakat mengindari kerumunanan.

"Hal-hal seperti ini yang sangat berpengaruh. Kita harus saling bahu membahu. Makanya kita terus berdiskusi dengan pengusaha. Kita tak mau pengusaha melepaskan tanggungjawabnya, dan sembunyi dibalik Covid-19," tegasnya.

KSBSI terus memberikan bantuan-bantuan kepada buruh yang terdampak, mulai dari pembagian sembako, pembagian masker. Disamping itu, KSBSI terus menyerukan penerapan protokoler Covid-19. 

Dikatakan Juandy, saat ini ada sekitar 142 ribu buruh di Riau yang tercatat sebagai anggota KSBSI. Jumlah ini didominasi oleh buruh di sektor perkebunan dan migas. Untuk sektor ini, buruh masih dalam kondisi aman.

"Misalnya perkebunan, mereka itu sentralistik dalam areal kerja. Semua produk mereka masih disuplai. Artinya, secara bisnis, produk mereka masih bisa dijual bahkan nilainya lebih tinggi. Perkebunan sawit menghasilkan minyak makan dan mentega, walaupun masa pandemi kan banyak yang masak di rumah dan bikin kue, secara bisnis mereka tak terganggu," ungkap Juandy.***