JAKARTA - Kaesang Pangarep mulai mengemukakan keinginannya terjun ke dunia politik. Posisi eksekutif pun menjadi incaran putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut.

Lantas bagaimana peluang Kaesang untuk merengkuh jabatan di pemerintahan seperti dua kakaknya? Yakni Gibran Rakabuming Raka yang menjadi Wali Kota Solo dan Bobby Nasution, kakak ipar yang menjabat Wali Kota Medan.

Pengamat Psikologi Politik dari Universitas Sebelas Maret Solo (UNS), Moh Abdul Hakim mengatakan, Kaesang memiliki peluang besar untuk menyusul karir kedua kakaknya, Gibran dan Bobby Nasution. Kemudahan akan didapatkan Kaesang karena faktor Jokowi.

Saat ini tingkat kepercayaan publik terhadap Presiden Jokowi sangat tinggi, yakni mencapai 76 persen. Hal tersebut akan berpengaruh kepada siapa pun orang terdekat Jokowi, baik kerabat maupun anak-anaknya.

"Kalau kita melihat data terakhir dari LSI itu kan tingkat kepercayaan masyarakat ke Pak Jokowi sangat tinggi sekali, di atas 70, lebih tepatnya 76 persen. Artinya bahwa Pak Jokowi itu punya pengaruh kuat terhadap blue politik elektoral di Indonesia. Dan ini pasti merembet ke orang terdekatnya, termasuk kerabat dekat anak-anaknya sendiri," ujar Abdul Hakim, Rabu (25/1/2023).

Abdul Hakim mencontohkan kemenangan yang diraih oleh anak pertama Jokowi di Pilkada Kota Solo dan Bobby Nasution di Pilkada Medan, Sumatera Utara. Bahkan Gibran yang belum genap dua tahun memimpin Solo, elektabilitasnya di Jawa Tengah sangat tinggi. "Istilahnya, salah satu pengamat kan, Gibran tidur saja menang di Pilgub Jawa Tengah. Artinya ini opportunity politic yang besar sekali untuk orang-orang di sekitarnya Pak Jokowi, termasuk juga kerabatnya," ujarnya.

Namun demikian, menurutnya, perlu dipertanyakan bagaimana penilaian secara etika. Kemenangan tersebut bisa saja menggerus citra mantan Wali Kota Solo itu sebagai sosok demokratik. "Saya yakin, kalau Kaesang maju ke politik, entah itu menjadi kader legislatif maupun pimpinan daerah, mungkin akan terpilih, mungkin elektabilitasnya tinggi. Tetapi itu akan menggerus citra Pak Jokowi sebagai sosok demokratik. Apalagi, indeks demokratis di Indonesia terus turun dari tahun ke tahun. Dan satu faktornya adalah karena politik kekerabatan semacam ini. Jadi saya pikir kalau dilihat dari peluang elektoral, tentu ada peluang cukup besar di sana. Ada pengaruh Pak Jokowi. Tapi apakah itu akan mengganggu demokrasi di Indonesia, saya kira iya," bebernya.

Dengan masuknya Kaesang ke dunia politik, dia yakin akan memunculkan kembali isu politik dinasti. Demikian juga akan muncul kredibilitas soal dinasti politik dan oligarki. Meskipun mungkin alasannya masyarakat yang memilih, dan yang penting kinerjanya bagus.

"Tetapi politik itu kan ada yang bersifat praktis, soal kinerja, soal keterpilihan. Tetapi kan ada juga sisi etisnya. Nah sisi etis itu yang saya kira akan tercederai kalau misalnya Kaesang ikut terjun ke politik," katanya lagi.

Meskipun menjadi anak Presiden, tentu hak berpolitik Kaesang tidak hilang. Namun untuk menghindari tercederainya etika, Abdul Hakim menilai Kaesang akan lebih baik maju dalam pertarungan eksekutif setelah masa jabatan Jokowi berakhir. "2024 Pak Jokowi selesai, tetapi beliau kan masih aktif ya. Kan baru saja selesai menjadi Presiden, kemudian pengaruh politiknya sangat kuat karena rekam jejaknya sebagai Presiden dengan kepercayaan tinggi," tuturnya.

Abdul menilai terlalu dini jika Kaesang masuk ke politik di tahun 2024. Sehingga yang paling tepat menurutnya, Kaesang lebih tepat masuk di Pemilu 2029.

Sebelumnya, Gibran menyebut Kaesang ingin terjun ke dunia politik. Pernyataan yang mebuatnya shock itu dilontarkan saat makan bersama keluarga hari Minggu (22/1) lalu. "Saya juga bingung dan agak shock. Ya makane tanya temen yang di Jakarta saja, silakan cari Kaesang di Kuningan," ujar Gibran, Rabu (25/1/2023).

Gibran mengaku jika Kaesang ingin terjun di lembaga eksekutif dari level pemerintahan paling bawah. "Eksekutif, kui wes tak bocori kui. Level bawah no, mosok langsung Presiden," imbuhnya.

Disinggung soal dinasti politik dalam keluarganya, Gibran menolak. Menurutnya, semua orang bebas mengikuti kompetisi. Dia bahkan sudah membuktikan jika Kaesang mampu memimpin. "Semua kan bisa ikut kompetisi bisa menang bisa kalah. Enggak ada keharusan untuk memilih Kaesang. Kaesang juga tidak ditunjuk, tanya Kaesang lho ya please please," tukasnya.***