PEKANBARU - Manggala Agni Riau mengerahkan Heli Bell 412 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk melakukan water bombing ke lokasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Desa Teluk Lecah, Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau.

"Upaya pemadamannya kami maksimalkan melalui jalur darat. Namun kami juga mengerahkan Heli Bell 412 untuk water bombing ke Rupat. Jam delapan pagi tadi berangkat ke sana," kata Kada Ops Manggala Agni Riau, Edwin Putra kepada GoRiau.com di Kantor Gubernur Riau, Selasa (19/2/2019).

Di samping itu, kata Edwin, pihaknya juga melakukan patroli udara. Khususnya di empat titik yang paling parah karhutlanya, seperti Mumugo Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Bangsal Aceh Kota Dumai, dan Rupat Kabupaten Bengkalis.

"Pemadaman karhutla ini kami lakukan bersama tim gabungan. Bahkan, kami juga sudah BKO (perbantukan) sebanyak 135 tim dari Manggala Agni di lapangan," tuturnya.

Hingga sejauh ini, Edwin pun memastikan bahwa tim satgas karhutla tetap solid di lapangan dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.

"Kami tim satgas sejak tahun 2015 sudah solid. Artinya meskipun tidak ada Dansatgas, tidak akan mengganggu. Buktinya kemaren tanpa Dansatgas pun semua tim sudah bergerak semuanya," tukasnya.

Riau Tetapkan Status Siaga Darurat Karhutla

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau resmi menetapkan Status Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Provinsi Riau pada 19 Ferbruari hingga 31 Oktober 2019.

Gubernur Riau, Wan Thamrin Haysim mengatakan, bahwa penetapan status tersebut dilakukan menyusul dua daerah yang sudah menetapkan status siaga darurat karhutla terlebih dahulu, yakni Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis.

Di mana, dua daerah tersebut menjadi daerah terparah yang lahannya paling luas terbakar di Riau pada awal tahun ini.

"Lahan yang terbakar saja sudah mencapai sekitar 841 hektare dan paling luas itu di Bengkalis yang mencapai 625 hektare," kata Wan Thamrin di Pekanbaru, Selasa (19/2/2019).

Disamping itu, lanjut Wan, pertimbangan penetapan status siaga darurat karhutla juga didasari oleh prediksi cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru.

"Kata BMKG, curah hujan di Riau ini masih sedikit dan tidak lebat. Dan, diprediksi musim kemarau akan datang pada bulan Mei atau Juni. Makanya kita tetapkan status lebih awal," kata Wan.

Untuk itu, ia pun berharap dengan adanya penetapan status ini, penanganan karhutla dapat diatasi bersama.

"Kalau sudah ditetapkan status, pusat juga bisa ikut campur tangan. Mereka bisa bantu, mulai dari dukungan sarana dan prasarana serta anggaran," tuturnya. ***