JAKARTA - Annas Maamun, mantan Gubernur Riau mendapatkan grasi dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Presiden memangkas hukuman napi korupsi kasus suap alih fungsi lahan kelapa sawit itu dari 7 tahun menjadi 6 tahun.

"Setelah mendapat grasi selama 1 tahun, diperhitungkan akan bebas pada 3 oktober 2020," kata Kepala Bagian Humas Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kemenkumham Ade Kusmanto, Selasa, 26 November 2019.

Menurut catatan Tempo, kasus korupsi bukan satu-satunya perkara yang membuat Annas menjadi sorotan. Kasus dugaan pelecehan seksual hingga makian kepada jurnalis sempat disangkutpautkan kepada pria berumur 79 tahun ini.

1. Pengakuan Eks Pekerja Rumah Tangga

Saat masih menjadi Bupati Rokan Hilir, Annas diduga melakukan tindak asusila terhadap S, pembantunya. Kepada sejumlah media pada pertengahan November tahun lalu, perempuan berusia 52 tahun itu bercerita awalnya Annas yang kelihatan capek meminta S memijat beberapa bagian tubuhnya. Lantaran yang meminta itu majikan, S pun manut. Awalnya proses pemijatan tersebut berlangsung sopan layaknya majikan dan pembantu. Namun, belakangan Annas mengajak S berhubungan badan. Seingat S, dua kali mereka pernah benar-benar berhubungan badan.

Menanggapi tudingan S, Annas mengaku banyak isu yang dibangun di tengah masyarakat tentang dirinya, antara lain isu dugaan korupsi, perselingkuhan, dan terlibat G-30S PKI. Ia sengaja tidak membalas semua itu karena ia menyangkal melakukannya. "Saya ini bupati. Kalau pun mau selingkuh masak dengan perempuan tua. Saya bisa mencari yang lebih muda lah sedikit," katanya saat menghadiri lokakarya peningkatan pembangunan desa di Kepulauan Meranti, Selasa, 19 November 2013.

2. Memaki-maki Jurnalis

Kekesalan Annas dipicu oleh berita sejumlah media yang menuding dia mulai membangun dinasti politik di Riau. Annas mengangkat sanak famili dan anak-menantu untuk menempati pos-pos penting di Bumi Lancang Kuning. Dalam satu kunjungan ke Komisi Pemilihan Umum Riau, 17 April 2014 atau dua bulan setelah dilantik menjadi gubernur, wartawan bertanya tentang pengangkatan yang kontroversial itu.

Bukannya memberikan klarifikasi, Annas justru menghardik dan mengucapkan kata-kata kasar kepada jurnalis yang sudah menunggunya. “Jangan dinasti-dinasti lagi, Pant*k!” Kata Pant*k adalah kata kasar yang kerap dipakai oleh masyarakat di daerah Sumatera bagian tengah.

Sebelumnya, pada Rabu, 16 April 2014, Annas melantik anak kandungnya, Fitriana, menjadi Kepala Seksi Mutasi dan Nonmutasi Badan Kepegawaian Daerah Riau. Winda, anak Annas lainnya, diangkat menjadi Kepala Seksi Penerimaan UPT Dinas Pendapatan Daerah Riau. Annas juga mengangkat saudara iparnya, Syaifuddin, menjadi Kepala Subbagian Tata Usaha Bagian Kas Daerah Biro Keuangan Sekretaris Provinsi Riau.

3. Surat Peringatan Syarwan Hamid

Mantan Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid mengirimkan surat teguran kepad Annas. Sebagai satu tokoh di Riau, ia gerah dengan kelakuan Annas selama menjadi gubernur. Ia menyebut Annas memimpin Riau dengan gaya kepemimpinan brutal. Sebagai salah satu pendukung Annas kala menjadi gubernur, Syarwan memohon maaf kepada masyarakat Riau. Pensiunan letnan jenderal tersebut mengaku menyesal mendukung Annas.

"Mendesak Menteri Dalam Negeri menurunkan tim evaluasi yang meneliti kebenaran pendapat yang berkembang di masyarakat terhadap buruknya kepemimpinan Annas Maamun. Selanjutnya menilai apakah yang bersangkutan masih layak mengemban amanah untuk memimpin Provinsi Riau," demikian isi teguran Syarwan Hamid saat mengumpulkan sejumlah tokoh Riau di Hotel Aryaduta Riau, Pekanbaru, Sabtu, 2 Agustus 2014.

Wakil Ketua DPRD Noviwaldy Jusman mengatakan teguran terhadap Annas sebagai bentuk kepedulian Syarwan terhadap perkembangan Riau. “Setiap orang punya hak menilai kepemimpinan seorang gubernur, selagi sesuai dengan koridornya,” kata Noviwaldy, Selasa, 5 Agustus 2014.

Gubernur Annas enggan menanggapi pernyataan Syarwan Hamid yang ingin mengingatkan dirinya terkait kebijakan dan perilakunya selama menjabat sebagai gubernur. "Saya malas menanggapi masalah seperti itu. Saya mau bekerja," ujar Annas di Pekanbaru, Rabu, 7 Agustus 2014.

4. Pengakuan Mantan Istri Ketua DPRD Dumai

Annas pernah dilaporkan atas dugaan pelecehan seksual oleh DS, mantan istri Ketua DPRD Dumai, Riau, pada 25 Juli 2014. DS mengatakan peristiwa itu terjadi sore hari di sebuah rumah mewah dua lantai, tepatnya di Jalan Belimbing 18, pada pertengahan April 2014. DS mengaku membeberkan kasus itu ke permukaan pada 25 Juli lalu lantaran masih memberi kesempatan pada Anas agar meminta maaf dan mengakui perbuatannya.

DS akhirnya menentukan sikap dengan berkonsultasi kepada teman-temannya yang kebetulan berprofesi sebagai pengacara. Bersama tim kuasa hukumnya, DS melayangkan somasi ke Annas selaku gubernur untuk dua alamat yang berbeda, yaitu ke kantor gubernur dan ke rumah pribadi Anas di Jalan Belimbing 18, Pekanbaru, Riau, sebagai tempat kejadian perkara. (Baca juga: Isu Asusila, Annas Maamun Dikawal 30 Satpol PP).

Menurut DS, kejadiannya bermula ketika ia ingin mengadukan persoalan keluarga antara dia dengan suaminya ke Annas. Suami DS adalah Ketua Golkar Dumai, sedangkan Anas Ketua Golkar Provinsi Riau. DS berharap Annas mau menasehati suami DS. Mereka berbincang di lantai kedua rumah itu. Namun, tanpa diduga usai mengobrol DS mengaku Annas melecehkannya secara seksual.

Annas enggan menanggapi sejumlah kasus dugaan pelecehan seksual yang melibatkan namanya.

5. Pengakuan Anak Mantan Anggota DPD

Gubernur Riau Annas Maamun dilaporkan mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah, Soemardhi Thaher, ke Markas Besar Kepolisian RI atas dugaan tindak asusila terhadap WW, anaknya. Kepada wartawan, WW menceritakan kronologis tindakan asusila yang dia alami.

Semula WW datang ke kediaman Annas pada 30 Mei 2014 sambil membawa proposal untuk meminta persetujuan kegiatan pelatihan dan seminar. Annas menanggapi positif program yang ditawarkan WW. Bahkan, Soemardhi mengklaim Annas menjanjikan akan mengangkat WW menjadi staf khusus gubernur. Usai mengobrol, WW juga mengaku dilecehkan oleh Annas.

Di hadapan anggota DPRD Riau, Annas sempat menyinggung soal isu asusila yang menjeratnya saat ini menyeruak di tengah masyarakat. Namun, ia tidak terlalu mempersoalkan isu tersebut. "Tentunya Ibu-Bapak sudah melihat berita di televisi. Tapi, ya sudahlah, terserah Ibu-Bapak menanggapinya," katanya.***