JAKARTA - Pelatih Eko Yuli Irawan, Lukman mendapat kepercayaan menangani Tim Angkat Besi Putra Thailand dan Yon Hariyono sebagai pelatih kepala Tim Angkat Besi Malaysia di SEA Games 2021 Vietnam itu merupakan suatu kebanggaan. Hal itu diungkapkan Mantan Sekjen Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Berat dan Binaraga (PB PABBSI), Alamsyah Wijaya.

"Kita patut bangga Lukman dan Yon Haiyono bisa dapat kepercayaan dari federasi angkat besi Malaysia dan Thailand. Ini pertama kali di SEA Games ada dua pelatih angkat besi Indonesia menangani tim dari negara lain," kata Alamsyah Wijaya yang dihubungi beberapa waktu lalu.

Menurut Alamsyah yang kini menjabat sebagai Sekjen Pengurus Pusat Perkumpulan Binaraga Fitness Indonesia (PP PBFI), Lukman dan Yon Haryono mendapat kepercayaan karena reputasi keduanya dan dampak dari pretasi angkat besi Indonesia yang mampu mempertahankan perolehan medali pada 6 pelaksanaan Olimpiade.

"Lukman dan Yon memang pelatih yang punya potensi. Jadi, mereka memang pantas mendapatkan kepercayaan itu ditambah prestasi angkat besi Indonesia yang meraih medali pada 6 Olimpiade berturut-turut," tegasnya.

Permintaan pelatih Indonesia untuk menangani tim angkat besi negara lain, kata Alamsyah, juga ditawarkan Aveenash Pandoo yang pernah terlibat menangani persiapan Timnas Angkat Besi Indonesia di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro.

"Dulu, saya melibatkan Aveenash Pandoo dalam membangun prestasi angkat besi dengan mengupgrade pelatih angkat besi Indonesia lewat program penataran pelatih yang dibiayai Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Dari penataran itu telah lahir beberapa pelatih nasional yang memiliki sertifikat level satu Federasi Angkat Besi Internasional (IWF. Makanya, dia paham dengan kualitas beberapa pelatih angkat besi Indonesia dan meminta saya mencarikan pelatih angkat besi Indonesia yang bersedia menangani tim angkat besi negara lain," katanya.

Ketika ditanyakan berapa nilai kontraknya, Alamsyah menjawab,"Kontrak setahun buat pelatih itu bisa mencapai 4.200 dolar AS dengan fasilitas apartemen dan mobil serta tiket pulang pergi ke negara asal selama setahun."

Sejarah kejayaan angkat besi Indonesia itu dimulai dari lifter putri pada Olimpiade Sidney, Australia 2000 dimana Lisa Rumbewas meraih medali perak, Sri Indriyani (48kg) dan Winarni (kelas 53kg) dengan medali perunggu. Kemudian, Lisa yang turun di kelas 53kg kembali meraih perak di Olimpiade Athena 2004 dan Olimpiade Beijing 2008 dengan perunggu.

Di Olimpiade Beijing 2008, lifter putra mulai mengikuti jejak lifter putri. Eko Yuli Irawan yang turun di kelas 56kg putra meraih perunggu dan Triyatno (kelas 62kg) sukses meraih perunggu. Lalu di Olimpiade London 2012, Eko meraih perunggu kelas 62kg dan Triyatno meraih perak kelas 69kg putra. Kedua jagoan angkat besi ini tampil sebagai penyelamat muka Indonesia saat tak satupun medali disumbangkan cabang bulu tangkis.

Terakhir, Indonesia mendapat tambahan satu medali perak di Olimpiade London lagi melalui lifter putri, Citra Febrianti (kelas 53 kg putri). Citra yang berada di peringkat keempat mendapatkan perak setelah peraih emas asal Kazakstan, Zulfiya Chinshanlo, dan peraih medali perak dari Moldova, Cristina Iovu, terbukti menggunakan doping. Akibatnya, medali kedua lifter ini dicabut pada Oktober 2020.

Pada Olimpiade Rio de Janeiro Brasil 2016, Eko yang tadinya meraih perunggu di London kembali meraih perak dan Sri Wahyuni yang turun 48kg putri merebut perak.
Konsistensi dipertahankan saat Olimpiade 2020 Tokyo. Eko Yuli kembali merebut medali perak disusul Windy Cantika dan Rahmat Erwin Abdullah menyumbangkan medali perunggu pada penampilan perdananya. ***