PEKANBARU - Pakar perminyakan Riau, Ahmiyul Rauf menilai peralihan Blok Rokan adalah momen terbaik Provinsi Riau selama ini, karena ada banyak aspek yang akan bisa ditingkatkan dalam kesempatan ini.

Dikatakan pria yang sudah puluhan tahun bekerja di bidang perminyakan ini, ketimbang menghitung segi bisnis, pemerintah sebaiknya lebih mengutamakan peningkatan komoditi yang tak ternilai harganya, yakni Sumber Daya Manusia (SDM).

Ahmiyul bercerita tentang pengalaman dia selama bekerja di Perusahaan minyak milik Malaysia, yakni Petronas yang sudah mendunia. Padahal, kebijakan Petronas hari ini adalah hasil belajar dari Pertamina.

"Kebijakan Petronas sekarang itu saya rasa masih copy paste dari Pertamina. Tapi kita harus akui dari sisi kemajuan mereka sudah sangat oke," kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PKS Pekanbaru ini kepada GoRiau.com, Rabu (24/2/2021).

Dia memberi saran kepada pemerintah untuk membuat Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pertamina dalam meningkatkan SDM Riau, yakni beasiswa pendidikan geologi perminyakan di luar negeri.

"Apa salahnya hari pertama Pertamina masuk, tuntutan kita minta sekolahkan orang Riau ini, ambil yang terbaik dari 12 kabupaten kota, kita kawal prosesnya. Minyak ini bisnis internasional, SDM kita harus pede tampil disana pakai bahasa Inggris," tuturnya.

Menurutnya, jika SDM yang disekolahkan ke luar negeri ini memang berkualitas, hanya membutuhkan waktu selama 4 tahun, dan dia akan ahli dalam bidang perminyakan, dan berdampak pada peningkatan produktivitas minyak di Riau.

"Saya paham isi minyak di Riau ini, tak akan habis dalam 20 tahun ini, untuk kontrak selanjutnya pun saya rasa masih ada. Jadi kita harus melihat jangka panjang. Itu yang dikerjakan oleh Petronas. Di Petronas itu, saya menjadi mentor, ada 11 suku bangsa yang saya latih," terangnya.

Di Petronas, sambungnya, putra-putri terbaik asal Malaysia yang kuliahkan di Amerika, diberi waktu 6 bulan untuk menunggu. Jika tidak kunjung menjadi karyawan Petronas, mereka dibebaskan cari tempat lain.

"Tapi mereka kan alumni luar negeri, bahasa Inggris fasih, perusahaan mana yang tak mau terima? Hal-hal seperti ini yang perlu disiapkan," katanya.

Untuk empat tahun di awal pengelolaan Blok Rokan oleh Pertamina nanti, Ahmiyul yang juga pendiri Kemari Riau ini menyebut di Kemari Riau sudah dilakukan mapping semua anggotanya berdasarkan kemampuannya masing-masing

"Kita sudah punya daftarnya. Ini ahli di bidang A, ini ahli di bidang B, ini yang kita sorong ke Pertamina, menjelang kader yang dikirim ke luar negeri sudah balik. Lebih logis kita berpikir begini daripada menghitung bisnisnya," tuturnya.

Terkait teknologi, Ahmiyul menilai teknologi itu sebagai komoditi yang bisa dibeli oleh Indonesia maupun Riau. Bahkan, perusahaan minyak Saudi-Aramco juga membeli teknologi dari Amerika. Padahal, perusahaan itu milik Arab.

"Jadi kalau soal teknologi, ada yang bilang kita tak siap, saya protes itu. Saya tahu, banyak orang mau menjatuhkan mental kita untuk mengelola Blok Rokan ini.

Begitu juga soal isu minyak di Blok Rokan yang sudah habis, menurutnya itu hanya isu yang lagi-lagi ingin menjatuhkan mental untuk ikut mengelola Blok Rokan ini.

"Bicara bisnis, kita bicara analisa bisnis, tentu harus ada penguasaan data. Kalau sudah punya data, tergantung kepakaran tim yang mengolah data. Kenyataannya, Chevron kan masih mengusulkan perpanjangan izin, artinya secara kepakaran mereka merasa masih ada peluang bisnis disana, apa ada yang lebih pakar dari Chevron?" pungkasnya. ***