PEKANBARU - Komunitas Senii Rumah sunting (KSRS) kembali menggeliatkan dunia sastra di Riau. Kali ini dalam bentuk Bengkel Puisi. Nama yang unik dengan harapan akan bisa menjadikan para peserta menjadi lebih baik dalam memahami dan mengenali puisi.

Peserta Bengkel Puisi adalah anak-anak SMA sederajat yang berada di Kamparkiri, Kabupaten Kampar dan sekitarnya, terutama mereka yang tinggal di sepanjang Sungai Subayang. Sementara kegiatan selama dua hari satu malam itu, Kamis dan Jumat (10-11 Mei), difokuskan di Desa Padang Sawah. Selain mengenali apa itu puisi, peserta juga diajak bersama-sama membaca buku puisi, menulis dan mencipta puisi, serta membacakan puisi tersebut.

Sekretaris Bengkel Puisi, Kasmono, yang juga pemuda asli Padang Sawah sekaligus pimpinan Pemuda Pencinta Alam (Papala) Padang Sawah, mengatakan, Bengkel Puisi sengaja hadir agar puisi sebagai jalan penyampai pesan bisa lebih dekat dengan masyarakat, khususnya generasi muda.

''Senang bisa bergabung di kepanitiaan Bengkel Puisi yang dilaksanakan Rumah Sunting, apalagi di kampung saya sendiri. Kalau sama Rumah Sunting, saya selaku Ketua Papala Padang Sawah dan juga aktif di Bengkel Seni Rantau Kamparkiri, sudah sering berkegiatan bersama. Makanya, ketika pimpinan Rumah Sunting, Kunni Masrohanti menyebut Bengkel Seni akan dilaksanakan di Padang Sawah, saya langsung setuju. Ini kegiatan positif dengan tema yang menarik. Saatnya mengajarkan pentingnya bagaimana menjaga kampung dan tradisi melalui puisi,'' kata Kasmono.

Selama dua hari penuh anak-anak  mempelajari puisi. Mulai teori yang dilaksanakan di dalam ruangan hingga menulis dan praktek membaca puisi di ruang terbuka seperti di halaman rumah tua dan tepi Sungai Subayang. Saat kegiatan ini dilaksanakan, di Padang Sawah juga sedang berlangsung tradisi Semah Kampung yang dilaksanakan setahun sekali oleh masyarakat. Anak-anak juga diajak melihat prosesi tersebut dan diharapkan bisa ditulis dalam puisi-puisi mereka.

''Bengkel Puisi ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Hari Puisi Indonesia (HPI) yang puncaknya kita laksanakan 3-5 Agustus mendatang. Salah satu lokasi HPI nanti di Kamparkiri, makanya Bengkel Puisi ini kita arahkan ke sini juga. Tema HPI nanti adalah Puisi Merawat Tradisi. makanya Bengkel Puisi ini kita laksanakan di lapangan terbuka seperti halaman rumah tua yang masih banyak ditemukan di Padang Sawah. Begitu juga dengan prosesi Semah Kampung yang langsung disaksikan peserta. Kami berharap mereka faham tentang tradisi leluhur dan mewariskan kembali kepada generasi berikutnya melalui puisi-puisi yang mereka ciptakan,'' beber pimpinan Rumah Sunting Kunni Masrohanti.

Kegiatan tersebut dibuka Kepala Desa Padang Sawah, Ali Lubis. Pak Wali (sebutan untuk kades di Padang Sawah, red) ini sangat gembira dengan dilaksanakannya Bengkel Puisi di sana. Bahkan bersama Ninik mamak dan masyarakat, ia menjamu peserta, panitia dan nara sumber yang hadir makan bajambau di los pasar milik desa dengan lauk daging sapi yang dipotong untuk Semah Kampung tersebut. Tokoh masyarakat Darnius bergelar Datuk Sofiah juga hadir dan banyak memberikan pelajaran selama Bengkel Puisi berlangsung.

''Selagi positif, kami sangat senang. Yang menyenangkan kami, Bengkel Puisi ini mengajarkan kembali kepada anak-anak untuk memahami tradisi dan warisan yang ada di kampung mereka lalu menuliskannya dalam puisi. Ini sangat jarang. Ya, daripada anak-anak berkegiatan yang bukan-bukan, lebih bagus berkarya dan belajar melalui puisi,'' kata Pak Wali.

Pada kesempatan itu, Rumah Sunting menghadirkan banyak nara sumber, antara lain, Bambang Kariyawan (sastrawan Riau dan Wakil Kepala Sekolah SMA Cendana Pekanbaru), Asqalani Eneste (pimpinan Community Pena Terbang Pekanbaru dan telah melahirkan 9 karya buku puisi), DM Ningsih (penyair dan teaterawan perempuan Riau), Muhammad De Putra asal Siak Hulu (penyair muda Indonesia yang telah melahirkan buku-buku puisi, peraih anugerah kebudayaan dari Kemendikbud, juara FLS2N dan pemenang Europalia di Eropa), Al Rakhim Sekha (seniman Riau), Kasmono (deklamator yang baru pulang berpuisi di Malaysia), Gedoy vokalis Gendul dan juga Najwaraus (menghibur dengan lagu-lagu puisi) serta Kunni Masrohanti sendiri. Bersama seluruh peserta, Rumah Sunting dan panitia Bengkel Puisi selama dua hari itu juga membentuk komunitas baru untuk anak-anak muda di sana yang diberi nama Kalang Gaung Subayang. Nama yang manis dengan harapan akan mampu melahirkan penyair-penyair muda berbakat dari Rantau Kamparkiri. (rls)