PASURUAN - Wakil Ketua MPR RI H. Jazilul Fawaid, menegaskan, kalangan santri mesti memahami agama dan negara dua sisi tak terpisahkan.

Penegasan tersebut penting, sebab jangan sampai ada penilaian bahwa mempelajari dan mengkaji kenegaraan, seperti Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 tidak ada nilai agamanya, begitupun sebaliknya.

Maka dari itulah, menurut Jazilul, penilaian tersebut mesti dirubah secara fundamental. Semestinya, yang harus ditanam kuat dalam sanubari para santri adalah agama memperkuat negara dan negara memperkuat agama. Pesan itu bahkan tersirat diamanahkan dalam UUD pasal 29 ayat (1) Negara berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa.

Hal tersebut diungkapkannya dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR kerjasama MPR dengan Yayasan Miftahul Ulum, di Djoglo Kedjajan, Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu (7/12/2019). Hadir dalam Sosialisasi itu tokoh masyarakat, tokoh agama dan sekitar ratusan peserta kalangan santri di wilayah Pasuruan.

Bagi Jazilul, pemahaman yang kuat bahwa agama dan negara tak terpisahkan, akan menjadi benteng pertahanan yang sangat kokoh buat para santri dan generasi muda bangsa lainnya, dari pengaruh paham radikalisme yang ingin memisahkan agama dan negara.

"Saya sangat tekankan hal tersebut, sebab saya khawatir dampak pengaruh radikalisme yang merusak. Memang ada sebagian besar santri yang kuat pemahamannya seputar hubungan antara agama dan negara. Itu tidak menjadi masalah. Tapi, masih ada santri dan generasi muda yang kena pengaruh radikalisme yang menganggap negara kita thogut dan harus diperangi," katanya.

Untuk itulah, lanjut Jazilul, MPR hadir dengan Sosialisasi Empat Pilar MPR nya, dengan tujuan membuka dan mengingatkan kembali seluruh rakyat Indonesia tentang Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Begitu pentingnya Empat Pilar terutama kepada santri, saya berpikir ingin membentuk satu metode misal membuat kitab kuning tentang Pancasila sehingga bisa dipelajari oleh santri dengan nyaman," tambahnya.***