PEKANBARU - Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama PP Aisyiyah menyarankan orangtua untuk tidak tak berikan Susu Kental Manis (STM) kepada anak untuk mencegah resiko gizi buruk atau stunting.

Demikian disampaikan Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat saat melakukan sosialisasi di Kota Pekanbaru, Senin (4/7/2022).

Arif mengatakan, bahwa stunting masih banyak ditemui di wilayah Indonesia, tak terkecuali di Pekanbaru, Provinsi Riau. Kota Pekanbaru menjadi salah satu tempat Observasi Tim Yaici bersama PP Aisyiyah, sebab Kota Pekanbaru salah satu tempat yang terindikasi mempunyai angka tertinggi anak mengalami stunting.

“Riau ini wilayah minyak, tapi masih ada stunting. Apalagi di Pekanbaru, dari data yang kami miliki sementara, ada 3 kecamatan yang cukup tinggi angka stunting. Pertama Kecamatan Limapuluh, Tenayan Raya ada 40, dan di wilayah Rumbai. Kita sangat sedih melihatnya,” kata Arif.

salah satu penyebabnya, tambahnya, karena masih rendahnya literasi masyarakat yang menyebabkan Indonesia masih darurat stunting.

Arif menjelaskan penyebab stunting dipicu tiga hal, yakni pola konsumsi makanan terutama terkait asupan gula, pola asuh dan sanitasi. “Terkait asupan gula menjadi perhatian penting karena saat ini masih banyak masyarakat yang belum tahu,” lanjutnya.

Arif mengungkap masih ditemukannya banyak yang mengkonsumsi Susu Kental Manis (SKM) yang banyak dianggap oleh masyarakat sebagai susu. Padahal SKM bukanlah susu, melainkan bahan tambahan dalam makanan.

Oleh karena itu SKM tidak boleh dijadikan minuman susu untuk anak sebab kandungan gulanya mencapai 22 gram atau 50 persen per sachet.

Dalam satu sachet SKM mengandung 22 gram gula. Sedangkan batas konsumsi gula harian hanyalah 23 gram per harinya.

“Masih ditemukan susu kental manis dikonsumsi sebagai susu, dan dijadikan asupan energi anak sejak kecil. Padahal itu bukan susu tapi gula,” tegas Arif.

Dalam temuannya, baik data dari hasil survei maupun saat bertemu langsung dengan masyarakat, masih banyak yang beranggapan bahwa, susu kental manis adalah susu yang dapat dikonsumsi sebagai minuman susu.

Menurut Arif kebiasaan mengonsumsi susu kental manis sebagai minuman sehari-hari memang tidak langsung kelihatan dampaknya terhadap kesehatan ataupun pertumbuhan pada anak. Namun, akibatnya akan mulai terasa di masa mendatang, seperti diabetes dan penyakit lain.

“Hal inilah yang perlu diperhatikan masyarakat, apalagi masalah kurang gizi pada saat hamil nanti. Bagaimana memiliki nutrisi pada saat hamil dan saat menyusui. Jangan pernah mencoba memberikan SKM kepada anak,” ingat Arif.

Sementara, Majelis Pimpinan Pusat Aisyiyah Jakarta Khairunnisa menjelaskan kalau, Aisyiyah memiliki fokus terhadap kesehatan anak selain program lainnya.

Ia menyebut, banyaknya stunting akan membuat sumber daya manusia (SDM) jadi rendah, baik fisik atau mental, terutama bagi kesehatan.

“Bagaimana kita bisa membuat generasi emas jika masih banyak ditemukan stunting pada anak. Adapun target dari pemerintah yakni stunting kurang dari 14 persen,” jelas Khairunnisa.

Aisyiyah bersama Muhammadiyah akan bekerjasama memberikan sosialisasi kesehatan serta pemenuhan gizi dari ibu hamil sampai usia bayi 2 tahun.

“Baru-baru ini kami menemukan di kelurahan Rejosari, Pekanbaru, ada 40 orang anak mengalami Stunting. Hal inilah yang harus kita berikan sosialisasi serta edukasi penting kesehatan maupun gizi pada anak nantinya,” tutup Khairunnisa. ***