PEKANBARU - Ratusan Imigran asal Afghanistan masih berada di Kota Pekanbaru, bahkan para imigran ini ada yang sudah lebih dari 10 tahun berada di Kota Bertuah.

Alasan mereka masih bertahan di Indonesia khususnya di Kota Pekanbaru adalah menanti mereka dipindahkan ke negara ketiga atau negara tujuan seperti Australia dan Amerika.

Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenkumham Riau, Pujo Harinto mengatakan kendala yang dihadapi oleh para imigran ini ada pada negara tujuan mereka.

"Karena jumlah mereka (imigran) inikan banyak, ketika rombongan pertama sudah diberangkatkan yang lain datang terus sehingga tidak ada putus-putusnya," kata Pujo, Rabu (12/1/2022).

Pujo mengibaratkan kedatangan para imigran ini seperti penjara, ketika ada yang sudah bebas namun masih banyak yang masuk ke dalam penjara karena melakukan kejahatan.

"Mereka inikan lari dari negaranya karena ada konflik, jadi mereka ini mencari perlindungan atau mencari suaka," jelasnya.

Menanggapi permintaan tersebut, Muhammad Rafqi, selaku perwakilan dari The United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) mengungkapkan bahwa pihaknya telah berusaha untuk memenuhi segala tuntutan yang disampaikan oleh Komunitas Pengungsi Afghanistan di Pekanbaru.

Selain tempat tinggal, fasilitas kesehatan dan pendidikan, para pengungsi juga diberikan uang saku setiap bulannya. Namun, untuk proses Resettlement atau pemindahan ke negara ketiga butuh proses yang panjang. Ada banyak regulasi dan juga kesesuaian jumlah daya tampung negara tujuan yang menjadi pertimbangan.

“Saya berharap para Pengungsi dapat bersabar dan menjaga sikap selayaknya tamu di kota Pekanbaru yang telah bersedia menjadi tuan rumah. Hormati budaya setempat serta turut menjaga kondusifitas kota dengan tidak melakukan tindakan kriminal dan anarkis,” ujar Rafqi.

Salah seorang juru bicara Komunitas Pengungsi Afghanistan, Hussain Nabavi menyampaikan rasa terima kasih terhadap segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan oleh Pemerintah Indonesia, baik itu dari Kemenkumham maupun kepolisian terhadap komunitas mereka selama ini.

“Kami meninggalkan tanah air kami untuk mendapat keselamatan dan kelangsungan hidup. Dan, kami berterima kasih karena Indonesia bersedia menampung kami. Namun begitu, kami butuh hidup layaknya manusia yang memiliki hak asasi. Pengungsi juga adalah manusia,” ujarnya. ***