JAKARTA - "Penanganan Covid-19 di Indonesia adalah yang terburuk di Asia Tenggara. Indikasi paling jelas yaitu angka kematiannya sekitar 7 persen, tertinggi diantara negara-negara lain di kawasan ini, yang sebagian besar sekitar 0-3 persen," kutipan jurnal Melbourne Asia Review yang dirilis, Jumat (15/5/2020) lalu.

"Ini bukan semata-mata akibat gaya kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang lambat merespons dan menunjukkan kurangnya pemikiran strategis, seperti yang banyak protest dan dikritisi," tulis jurnal karya Rafiqa Qurrata A'yun dan Abdil Mughis Mudhoffir itu.

Kegagalan Indonesia, tulis jurnal tersebut, lebih jauh adalah; "keengganan pemerintah untuk memberikan jaminan sosial kepada mereka yang membutuhkan; sedikit akuntabilitas dalam kaitannya dengan penggunaan uang terkait COVID-19; dan elit politik-bisnis menggunakan krisis sebagai kesempatan untuk mengeluarkan banyak Undang-Undang kontroversial yang diusulkan dan memberi lebih banyak ruang kepada negara dan membuka jalan bagi penjarahan lebih lanjut sumber daya negara,".

Jurnal itu menyebut, Presiden Jokowi mengklaim pada 31 Maret bahwa pemerintah telah meningkatkan jumlah penerima program PKH dari 9,2 juta keluarga menjadi 10 juta keluarga, dan jumlah bantuan tunai sebesar 25 persen. Namun, lebih dari sebulan sebelumnya ketika pemerintah masih mengklaim Indonesia tidak memiliki kasus COVID-19, Kementerian Sosial menyatakan bahwa anggaran untuk PKH ditargetkan pada rumah tangga miskin dengan anak-anak dan/atau perempuan hamil telah meningkat sebesar 25 persen. Peraturan Presiden No. 61/2019 tentang Rencana Aksi Pemerintah 2020 juga menyatakan bahwa jumlah penerima PKH telah meningkat dari 9,2 juta menjadi 10 juta rumah tangga.

"Kecuali untuk listrik gratis, jumlah untuk program jaring pengaman sosial semua dialokasikan sebelum wabah. Klaim Jokowi tentang pengeluaran ekstra COVID-19 menyesatkan," kata jurnal tersebut.

Jurnal itu juga menyampaikan lebih banyak analisa yang menjadi sebab Indonesia dinilai buruk dalam menanggulangi pandemi, termasuk soal "banyaknya elit politik-bisnis yanh cenderung memandang kekacauan sebagai peluang untuk memajukan kepentingan mereka dan meningkatkan kekuatan dan sumber daya materi mereka. Mereka telah mengeksploitasi krisis untuk tujuan yang tidak liberal dan mengabaikan yang paling rentan,".

Sebatas informasi, Melbourne Asia Review adalah jurnal daring triwulanan yang merupakan tempat penting untuk debat akademik dan kebijakan tentang topik-topik terkait Asia. Situs ini adalah inisiatif dari Asia Institute, pusat kajian bahasa, budaya dan masayarakat di Universitas Melbourne.

Penulis, Rafiqa Qurrata A'yun adalah Dosen di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan mahasiswa PhD di Melbourne Law School. Sementara Abdil Mughis Mudhoffir adalah Dosen di Departemen Sosiologi di Universitas Negeri Jakarta & pengunjung penelitian postdoctoral di Institut Asia, Universitas Melbourne.

Jurnal berjudul 'Indonesia sedang Mengeksploitasi Krisis Covid-19 untuk Tujuan yang tidak Liberal' itu bisa dengan mudah diakses publik Indonesia. Soal data, publik Indonesia juga bisa mencari dari situs-situs lokal. Terkait data sebaran virus misalnya, Gugus Tugas Covid-19 melaporkan, ada 17.025 kasus positif, 3.911 sembuh, dan 1.089 meninggal dunia, per Sabtu (16/5/2020).***