PEKANBARU - Usai meresmikan Kantor Layanan Teknis Badan Standarisasi Nasional (KLT-BSN) Provinsi Riau di Pekanbaru, Senin (22/4/2019). Gubernur Riau Drs H Syamsuar MSi membuka Sosialisasi Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian.

Dihadapan Kepala Badan Standardisasi Nasional RI Prof Dr Ir Bambang Prasetya MSc dan tamu undangan lainnya, Syamsuar berharap industri halal bisa berkembang di Provinsi Riau. Apalagi, Riau sudah menjadi destinasi wisata halal yang sidah ditetapkan Kementerian Pariwisata RI.

"Dengan adanya wisata halal di Riau, mendorong UMKM membuat dan memproduksi produk halal yang bisa dipasarkan dalam negeri dan luar negeri. Contohnya saja Malaysia meminta kita untuk bisa memasarkan produknya di Riau," kata Syamsuar kepada GoRiau.com.

Karena ketatnya BPOM, dikatakan Syamsuar, produk dari Malaysia yang bisa dijual di Indonesia terbatas. Apalagi, ada kue yangbbiasanya dibuat oleh industri rumahan dan bisa diekspor. Ini tentunya akan menambah nilai jual.

"Industri rumahan harus memiliki kemasan bagus dan halal. Apalagi saat ini Indonesia bersaing dengan Malaysia mengembangkan wisata halal. Kalau industri halal tidak berkembang di Riau sayang sekali. Apalagi sidah ada Badan Standarisasi Nasional di Pekanbaru. MUI bisa memberikan kemudahan dalam memberikan sertifikat dan Balai POM juga bisa membantu UMKM. Harapan kita kedepan banyak wisatawan datang ke Riau," ungkap Syamsuar.

Salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam menyumbang perekonomian suatu negara atau daerah adalah sektor industri, diterangkan Syamsuar. Sehingga sektor ini sebagai penggerak mesin pembangunan atau disebut dengan leading sector, karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lainnya, yaitu nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar dan kemampuan menciptakan nilai tambah dari bahan dasar dari setiap input yang diolah (value added creation).

"Kontribusi sektor industri terhadap perekonomian Riau di luar migas selama 5 tahun terakhir didominasi 3 sektor utama, yaitu Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan," ujar Syamsuar.

Kontribusi sektor industri pengolahan, diungkapkan Syamsuar, terus mengalami peningkatan, dan sejak 5 tahun terakhir dari 2013 sampai dengan tahun 2017, sektor industri pengolahan menempati urutan pertama mengungguli sektor lainnya.

"Pada tahun 2017, Produk Domistik Regional Broto (PDRB) sektor industri pengolahan sebesar Rp140.038.255.000 miliar atau berkontribusi sebesar 29,71 persen terhadap PDRB Riau," jelas Syamsuar. ***