SELATPANJANG - Berlarutnya pengesahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Riau, menurut pakar lingkungan DR Elviriadi sangat tergantung dari kinerja tim Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang dibentuk Gubri.

Tim ini untuk menilai, menganalisa serta mempertanggungjawabkan kualitas dan bobot ilmiah dari draft Ranperda RTRW. Demi kemaslahatan masyarakat Riau maupun pembangunan nasional.

Ketika ditanyakan mengapa hanya Riau yang pakai KLHS, provinsi lain tidak, Elv menjawab karena Riau itu fenomenal. Katanya, masih segar di ingatan publik bagaimana 2 bupati, 3 kepala dinas serta hattrick Gubernur Riau tersandung alih fungsi hutan.

Selain itu, juga ada temuan Pansus Monitoring dan Perizinan DPRD Riau, tragedi penyanderaan PPNS KLHK, temuan eyes on the forest (EoF) dan kabut asap belasan tahun.

"Jadi, agar pisang tidak berbuah dua kali, dan implikasi hukum ke depan, saya kira sikap hati hati penting dikembangkan," kata Elviriadi.

Dosen Fapertapet UIN Suska Riau itu juga menilai momen KLHS ini harus dimanfaatkan masyarakat Riau untuk mengusulkan sesuatu yang konstruktif. Contohnya, Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) baru baru ini menggelar expose peluang memasukkan hak kelola adat kepada Tim KLHS Gubri.

"Saya kira pasti ada hikmahnya, yang penting terus berfikir apa yang terbaik bagi kemajuan Riau," katanya lagi.

Hanya saja, Elv mengharapkan integritas dan netralitas tim KLHS harus dijaga dan dipupuk. Mengingat RTRW ini terkait erat suka duka nasib rakyat bawah.

"Saya minggu lalu, ketemu orang Bappeda Riau di Jakarta. Kayaknya Pemprov dan Bappeda masih dilema soal RTRW dan KLHS ini. Untuk itu, saya sarankan pak Ahmad Hijazi harus segera mengundang stakeholder untuk publik hearing agar pemahaman kita lebih terarah dan holistik," Ungkap Pengurus Majelis Nasional KAHMI itu kepada GoRiau.

Elv mengaku khawatir jika Pemprov, Bappeda, dan Tim KLHS tidak komprehensif dalam memahami spirit RTRW dan kondisi di lapangan. Sehingga pengesahan RTRW makin lama dan bolak-baliklah berkas tu seperti setrikaan.

"Di sinilah teruji sifat-sifat mulia. Seperti kejujuran, integritas, pengabdian yang melahirkan kerja keras, track record selama ini, meritokrasi birokrasi, sikap empati pada rakyat, netralitas, idealisme dan cinta negeri melayu," ujar Elv.

"Tanpa itu semua, RTRW hanya jadi bom waktu yang siap meledakkan generasi jaman now dan jaman next," pungkas pria tambun pendiri Gerakan Masa Depan Indonesia (GMDI) di akhir bincang-bincang dengan GoRiau. ***