BULUNGAN - Direktorat Jenderal (Ditjen) Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi (PPKTrans) melakukan kunjungan lapang di Kawasan Transmigrasi Salim Batu Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) di akhir September 2021.

Kunjungan ini dalam rangka Penyusunan Profil Lokasi Transmigrasi dan Rencana Kunjungan Kerja Anggota Komisi V DPR RI. Rombongan yang terdiri dari enam orang itu dipimpin Rina Panca Hutabrina sebagai Perencana Ahli Muda pada Direktorat Fasilitasi Penataan Persebaran Penduduk Ditjen PPKTrans.

Beberapa lokasi Permukiman Transmigrasi yang dikunjungi antara lain Tanjung Buka SP 6B, SP 10 dan lokasi Sepunggur. Pada lokasi SP 6B, tim yang juga didampingi oleh Tim dari Dinas Transmigrasi Provinsi Kalimantan Utara dan Dinas Tranmigrasi Kabupaten Bulungan bertemu Kepala UPT (Unit Permukiman Transmigrasi) Tanjung Buka SP 6B.

Rina Panca mengatakan, lokasi yang terdiri dari 5 RT dan 1 RW ini secara administratif masuk ke dalam wilayah Desa Tanjung Buka Kecamatan Tanjung Palas Tengah. "Aksesbilitas utama menggunakan moda air yang dengan waktu tempuh 15 menit dengan menggunakan kapal cepat," kata Rina.

Penempatan transmigran sudah dilakukan sebanyak 250 KK, dengan tahun penempatan 50 KK di Tahun 2018, dan 200 KK di Tahun 2019. Beberapa fasilitas umum yang sudah terbangun antara lain Gudang, Sekolah Dasar 3 lokal, Rumah Ka UPT, Puskesmas Pembantu, Balai Desa, Rumah Ibadah, dan Rumah Petugas. Rumah Ka UPT saat ini didiami oleh 2 orang Pendamping Lokasi Transmigrasi. Pendamping ini merupakan kegiatan dukungan dari Ditjen Pembangunan Ekonomi dan Investasi (PEI).

Tugas dari Tim tersebut antara lain memetakan potensi ekonomi dan sosial budaya yang bisa dikembangkan di lokasi permukiman transmigrasi. Termasuk di dalamnya adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Pada lokasi ini sedang dikembangkan kemitraan dengan Swasta berupa dukungan bibit dan pinjaman untuk melakukan pengolahan hasil pertanian di lahan demplot seluas 3.5 Ha.

Hasilnya nanti akan dibeli langsung oleh pihak swasta tersebut. "Apabila model ini berhasil dikembangkan akan diperluas di area sekitarnya dengan transmigran sebagai pendukung tenaga kerjanya," kata Rina.

Kondisi lokasi permukiman di lahan basah berpotensi banjir dan mengurangi produktivitas lahan pertanian yang ada. Sehingga masyarakat menyampaikan usulan pembangunan tanggul disekitar areal pertanian dan pembangunan jembatan sepanjang 15 M yang bisa menghubungkan dengan lokasi permukiman transmigrasi lain yang berada di sebelahnya.

Selanjutnya, tim menuju Lokasi Tanjung Buka SP 10 melewati aliran Sungai Kayan dengan lama perjalanan sekitar 15 menit dari SP 6B. Lokasi di sini ditempatkan transmigran tahun 2019 sejumlah 153 KK.

"Lokasi ini merupakan kolaborasi dengan Dinas Transmigrasi Provinsi Jawa Timur sebagai Provinsi Daerah Asal. Kerjasama yang dilakukan dalam pembangunan Rumah Transmigran Jamban Keluarga (RTJK) sejumlah 100 KK yang dialokasikan kepada transmigran yang berasal dari Provinsi Jawa Timur," kata Rina.

Kolaborasi program ini xpenting dalam pengembangan program transmigrasi mengingat tren anggaran bidang transmigrasi yang semakin menurun. Transmigran daerah asal juga pada umumnya mampu menjadi contoh bagi transmigran penduduk setempat dalam upaya memajukan lokasi permukiman transmigrasi. "Ditjen PPKTrans melakukan intervensi program berupa pembangunan rumah petugas, kantor unit dan perlengkapan fasilitas umum di Tahun Anggaran 2021 ini melalui APBN," kata Rina.

Dinas Transmigrasi Provinsi Jatim pada Tahun ini juga merencanakan pelatihan pembuatan keripik ikan kepada kelompok perempuan wirausaha dengan target 50 orang yang dilatih. Potensi perikanan yang dianggap masih berpotensi di lokasi ini tentu saja diperlukan upaya untuk meningkatkan nilai tambahnya sehingga dapat memberi kesejahteraan bagi transmigran dan masyarakat setempat.

Lokasi Sepunggur yang terakhir dikunjungi oleh Tim berjarak sekitar 20 menit dari lokasi SP 10. Lokasi ini juga berjarak sekitar 20 km dari Kota Tanjung Selor sebagai ibukota Bulungan.

Lokasi yang strategis tersebut berakibat masyarakat banyak yang bisa mencari penghasilan tambahan di kota selain mengolah lahan 1Ha yang diperolehnya. "Lokasi Sepunggur ini merupakan lokasi dengan daya tampung terbesar sejumlah 537 KK yang mulai ditempatkan semenjak tahun 2015 hingga Tahun 2019," kata Rina.

Beberapa transmigran malah sudah ada yang memiliki kios di pasar sebagai tempat dia menjual hasil sayuran dari lahan usaha transmigrasinya.***