PEKANBARU – Walau harapan pemerintah seluruh rakyat Indonesia menjadi peserta BPJS Kesehatan sebagai bagian perlindungan negara terhadap kesehatan masyarakat, namun tidak semua rumah sakit mau mengikuti program BPJS Kesehatan, seperti yang dialami seorang bayi berusia lima hari atas nama Ica di Rumah Sakit Sansani Pekanbaru, Riau.

Ica merupakan bayi yang mengalami gejala penyakit pada saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Anak keluarga Anang Setiawan itu sempat dirawat di lantai 3 Rumah Sakit Sansani Pekanbaru, namun tidak ditangani dengan baik atau ditelantarkan begitu saja oleh rumah sakit.

''Rabu (28/9/2022), petugas medis menyerah, seakan tidak mau menerima pasien dari jaminan BPJS. Karenanya kami dari DPD KNPI Provinsi Riau ingin membawa pasien dari keluarga miskin tersebut berobat ke RSUD Arifin Achmad,'' ujar Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Riau, Larshen Yunus kepada GoRiau.com, Rabu (28/9/2022) malam.

Karena itu, Larshen Yunus meminta pihak pengelola RS Sansani memiliki hati nurani apalagi yang pemilik rumah sakit Sansani merupakan anggota DPRD Riau.''Tolong kami pak Syahroni Tua, selaku pemilik rumah sakit dan sebagai wakil rakyat di DPRD Provinsi Riau. Kami sangat berharap perhatian bapak. Ini pasien BPJS, namun perlakuan petugas di rumah sakit ini tidak manusiawi,'' ujar Larshen.

Sementara itu, pemilik Rumah Sakit Sansani Pekanbaru, Syahroni Tua saat dikonfirmasi GoRiau.com, Rabu (28/9/2022) mengatakan, persoalan itu sebenarnya sudah diselesaikan.

Dikatakan, bayi bernama Ica tersebut sudah ditangani intensif oleh pihak pengelola RS Sansani. Bayi itu baru berusia 5 hari dan mengalami gangguan pernapasan dan pencernaan. Namun karena keterbatasan yang ada di RS Sansani, maka bayi itu harus dirujuk ke RSUD Arifin Ahmad.

Pihak RS Sansani sudah membuat rujukan ke RSUD Arifin Ahmad namun dapat nomor antrian 5, jadi belum bisa dibawa ke RSUD Arifin Ahmad dan saat ini masih ditangani intensif oleh tim medis RS Sansani sambil menunggu konfirmasi dari RSUD Arifin Ahmad.

''Jadi kami tidak pernah menelantarkan pasien. Tapi karena keterbatasan dokter, kami harus merujuk ke RSUD Arifin Ahmad karena pasien perlu ditangani oleh dokter bedah anak. Kami tidak punya dokter bedah anak. Meski belum bisa dibawa ke RSUD Arifin Ahmad, pasien sampai sekarang masih kami rawat dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan kami,'' tutup Syahroni Tua. ***