JAKARTA - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mendorong semua pihak mendukung ketahanan pangan Indonesia karena hal ini merupakan persoalan esensial dalam ekonomi. Terlebih lagi di saat pandemi Covid-19 sekarang ini dengan tujuan agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangannya dengan harga terjangkau.

“Umumnya di negara kita saat Ramadan atau menjelang hari Raya Idul Fitri, harga pangan melonjak. Ini yang perlu diantisipasi agar kebutuhan pangan masyarakat tetap terpenuhi," ujar Airlangga.

Hal itu diungkap Airlangga saat memberi pidato kunci pada diskusi virtual Balitbang Golkar bertajuk “Pembangunan Pertanian dan Pangan dalam Mendukung Pemulihan Ekonomi Menuju Ketahanan Nasional yang Kuat”, yang disiarkan langsung di kanal YouTube Balitbang Golkar TV, dikutip Minggu (7/3).

Hadir sebagai narasumber dalam kesempatan itu Bustanul Arifin, Franciscus Welirang, Dwi Andreas Santoso, dan Brigjen TNI Marahmat Kapus BMN Baranahan Kemhan RI. Diskusi dimoderatori oleh Ketua Bidang Kajian Pertanian dan Pangan, Balitbang Golkar Adhi Lukman.

Airlangga mengatakan bahwa untuk mewujudkan ketahanan pangan ini semua pihak termasuk partai politik penting mendukung upaya-upaya antara lain, perhatian kepada nilai tambah petani, mendorong orientasi ekspor, pemberian KUR.

Kemudian, pengembangan urban farming seperti hidroponik, serta Food Estate yang saat ini sedang dibuat percontohannya di Kalimantan Tengah dan Sumatra Utara.

Keberhasilan Food Estate di dua daerah itu nanti diharapkan bisa diimplementasikan di area lainnya sehingga ketahanan pangan dan daya saing Indonesia bisa membaik. “Yang terpenting adalah upaya yang dilakukan harus berorientasi aksi, dan bisa diimplementasikan," kata menteri Koordinator Perekonomian RI, itu.

Bustanil Arifin menyoroti bahwa selama pandemi Covid- 19, pertanian menjadi bantalan resesi ekonomi bagi Indonesia.

“Pertumbuhan sektor pertanian 1,75 persen pada 2020 meskipun lebih rendah dari 3,61 persen tahun 2019 tetapi jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi makro yang terkontraksi atau minus 2,07 persen pada 2020,“ kata guru besar ilmu ekonomi pertanian Unila itu.

Oleh karena itu, Bustanil mengatakan bahwa selama selama pandemi Covid-19, pemulihan perekonomian nasional harus terus dikawal dan dikendalikan. Hal ini mengingat dampaknya pada kehatanan pangan dan kehidupan menjadi serius.

Fransiscus Welirang menyampaikan terkait persoalan ketahanan pangan ini adalah selain dampak dari Covid-19, penting juga untuk diperhatikan adanya perubahan iklim. “Perubahan iklim ini sangat berpengaruh terhadap semua aspek food system," ujar Franciscus.

Pengaruh perubahan iklim terhadap food system yang dia maksud adalah produksi dan ketersediaan pangan akan berkurang karena cuaca ekstrem menyebabkan hasil panen menjadi kurang.

Kemudian, akses terhadap pangan akibat kenaikan harga (karena produksi turun) dan penurunan pendapatan karena gagal panen. Berikutnya, kualitas produksi pangan karena adanya kenaikan kandungan CO2 mengurangi kandungan nutrisi pada pangan. Serta cuaca ekstrem berpotensi meningkatkan (makanan terbuang dan mejadi sampah) food waste & loss.

Oleh karena itu, pria yang karib disapa Franky ini mengusulkan sebuah solusi dalam mengatasi perubahan iklim ini melalui pemilihan bibit yang tepat. “Indonesia terdiri dari wilayah-wilayah yang memiliki suhu udara dan curah hujan (iklim), sifat fisik morfologi dan kimia tanah, dan topografi yang berbeda-beda,” katanya.

Akibatnya, lanjut Franky, varietas tanaman yang unggul di satu wilayah, belum tentu unggul dan produktif di wilayah lainnya. “Oleh karena itu, penting untuk mengembangan bibit unggul spesifik wilayah pemberdayaan kearifan lokal dalam pengembangan benih,” ujar pengusaha di bidang makanan ini.

Dwi Andreas Santoso melihat bahwa ketahanan pengan ini sering kali menjadi faktor kunci bagi kestabilan dan ketahanan nasional suatu negara.

“Beberapa krisis politik di dalam negeri saat zaman Orde Lama maupun Orde Baru salah satu pemicunya adalah krisis pangan. Begitu juga saat terjadi krisis politik di kawasan Timur Tengah yang dikenal Arab Spring dan juga kudeta di Sudan, salah satu pemicunya adalah krisis pangan,” ujar guru besar IPB ini.

Oleh karena itu, kata dia, perhatian terhadap ketahanan pangan harus serius dilakukan oleh semua pihak termasuk partai politik untuk terwujudnya kedaulatan pangan.

Dukungan dari partai politik ini terutama untuk mendukung kedaulatan petani yang merupakan salah satu pilar dari kedaiulatan pangan itu sendiri.

Senada dengan Dwi Andreas, Marahmat juga melihat aspek ketahanan pangan memiliki fungsi yang strategis.

Untuk itu Kemenhan mempunyai program khusus terkait hal ini yaitu membudidayakan singkong, selain juga mendukung Food Estate yang saat ini tengah gencar dikembangkan pemerintah di Kalteng dan Sumut.

Kegiatan diskusi virtual ini berlangsung selama lebih dari dua jam dan dihadiri oleh fungsionaris Balitbang Golkar serta masyarakat pemerhati pangan dan pertanian. Dalam pidato pembukaan, Ketua Balitbang Golkar Jerry Sambuaga menyatakan bahwa kegiatan diskusi virtual ini diadakan oleh Balitbang Golkar secara rutin sebagai bentuk kepedulian dan kontribusi partai berlambang pohon beringin itu kepada masyarakat.

“Partai Golkar tidak hanya melakukan kegiatan-kegiatan politik praktis, namun juga memberikan edukasi dan pemberdayaan bagi masyarakat,” ujar Jerry.

Sebagai tindaklanjut dari diskusi virtual ini, Andi Bachtiar Sirang menyatakan bahwa Partai Golkar melalui Balitbang akan serius mengawal implementasi ketahanan pangan ini.

“Balitbang Golkar akan menjembatani pembuatan rencana-rencana aksi melalui kader-kadernya di legislatif dan eksekutif terutama mewujudkan regulasi dan kebijakan yang mendukung kepentingan petani dan masyarakat banyak,” ujar Bachtiar. ***