PEKANBARU - Wisatawan nusantara dan mancanegara bakal menghadiri festival perang air di kota Selat Panjang, kecamatan Tebing tinggi, kabupaten Kepulauan Meranti provinsi Riau.

Perang air atau Cian Cui juga dikenal dengan sebutan setempat "Peghang Aey".

Tradisi seperti ini juga ada di Thailand dengan sebutan Songkran dan di Gianyar Bali dinamai Sat Yeh. Pada tahun 2019 ini, festival Perang Air dijadwalkan berlangsung mulai tanggal 5 sampai 10 Februari, akan dibuka secara resmi di jalan Diponegoro.

Selanjutnya seluruh peserta menggunakan becak motor (bentor) sambil membawa ember dan mainan plastik berbentuk senjata berisikan air. Rute yang dilalui yaitu jalan Kartini, Imam Bonjol, Ahmad Yani dan Jalan Tebing tinggi. 

Selain masyarakat yang menggunakan bentor, ada juga masyarakat yang mengikuti kegiatan ini hanya berdiri di sepanjang jalan sambil menyiramkan air ke peserta yang melewati badan jalan. Kegiatan ini setiap tahun digelar sangat seru, seluruh peserta basah kuyup, tertawa gembira menikmati permainan ini. 

Festival perang air merupakan festival atau pesta rakyat yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu dan merupakan kebiasaan masyarakat Kepulauan Meranti, berawal dari tradisi warga Meranti yang mengungkapkan kegembiraannya saat berkumpul bersama keluarga saat perayaan hari-hari besar keagamaan.

Event ini merupakan pesta rakyat yang telah lama menjadi kebiasaan masyarakat di kota Selat Panjang itu adalah milik seluruh lapisan masyarakat bukan milik satu golongan atau etnis tertentu saja. 

Selain bermain perang air, kegiatan yang dilaksanakan berdekatan dengan hari besar perayaan imlek tahun 2019 ini juga diramaikan berbagai rangkaian acara, yakni Meranti Night Carnival di jalan  Merdeka – Pandjaitan, pawai perang air, food street center point, handycraft and gift selling, live music, penyerahan penghargaan, pesta kembang api, pameran dan booth selfie icon.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) provinsi Riau, Fahmizal Usman, festival perang air merupakan iven yang memberikan kontribusi jumlah kunjungan wisatawan besar, baik itu wisatawan mancanegara (wisman) negara maupun wistawan nusantara (wisnus). 

"Pada tahun 2018 lalu diihadiri wisman dari Korea, Malaysia, Singapore, Inggris, Jamaica, Australia,Taiwan, dan China. Hal ini tentunya memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. Dengan tingginya tingkat kunjungan maka perputaran uang di masyarakat akan tinggi," imbuh Fahmizal.

"Lebih jauh kita melihat bahwa tren size dari iven ini terus tumbuh positif, ini memberikan peluang besar untuk menyumbang devisa dan peningkatan produk domestik bruto" pungkasnya.***