JAKARTA -Gebrakan Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) di bawah kepemimpinan GM Utut Adianto patut mendapat acungan jempol. Pasalnya, pola pembinaan yang dijalankan mantan pecatur top Indonesia yang mencapai Grand Master Super pada tahun 1995 ini lebih terarah.

Pola pembinaan pecatur muda ini pernah dilakukan Utut Adianto bersama Dewan Pembina PB Percasi, Eka Putra Wirya dengan program The Dream Team dan sukses. Lewat sentuhan keduanya, prestasi olahraga catur Indonesia itu bersinar dengan lahirnya GM Susanto Megaranto dan GM Irene Kharisma Sukendar.

Kini, PB Percasi dengan mitra setianya PT Japfa Comfeed kembali memfokuskan diri terhadap pembinaan pecatur junior. Tidak tanggung-tanggung dimana 11 pecatur junior diterjunkan pada Kejuaraan Catur Junior Asia Timur bertajuk "Eastern Asia Youth Chess Championship 2019" di Bangkok, Thailand, 1-10 Agustus mendatang.

Harapan Utut Adianto selaku Ketua Umum PB Percasi GM Utut, pecatur junior tersebut bisa menambah pengalaman bertanding dan syukur-syukur membawa pulang medali dari kejuaraan nanti.

"Dari 11 anak ini kami harapkan ada yang pulang bawa medali. Tapi sesungguhnya bukan itu target kita, melainkan oneday permainan mereka makin maju seiring pertumbuhan mereka karena di tangan mereka lah yang akan meneruskan generasi sekarang," ujar Utut saat pelepasan Tm Catur Junior Indonesia di Jakarta, Selasa, 30 Juli 2019.

Indonesia memiliki sejarah mentereng pada kejuaraan Eastern Asia Youth Chess Championship. Pada tahun lalu yang digelar di Tiongkok, para pecatur Indonesia meraih tujuh medali emas lewat Daniel Tobing (dua emas), Samantha Edithso (dua), Christine Elizabeth (satu), Dita Karenza (satu) dan Daru Oktabuana (satu). Namun, PB Percasi tak akan memberikan iming-iming bonus atau hadiah bagi peraih medali emas di kejuaraan ini.

Sebagai pimpinan induk organisasi olahraga catur tanah air, politisi PDIP hanya memberikan bakal pelatihan dan pengiriman ke event internasional yang lebih tinggi. Dengan demikian, pecatur junior bisa tumbuh dan bekerja keras untuk bisa mencapai prestasi puncak di masa depan.

"Kami tidak akan pernah lupa memikirkan mereka yang meraih prestasi. Kalau dikasih uang sekarang bisa rusak. Makanya, kami memilih menjalankan program pembinaan lebih terarah dengan menyediakan pelatih, kemudian dikirim ke kejuaraan lain. Di Olimpiade nanti, paling tidak kita siapkan satu slot untuk yang muda. Itu merupakan bentuk penghargaan yang paling tinggi karena untuk bisa tampil di Olimpiade harus punya prestasi membanggakan," ungkap Utut.***