BANGKINANG - Pemerintah Provinsi Riau maupun pemerintah kabupaten dan kota di Riau terus mengalami masalah keuangan seiring anjloknya jatah dari pemerintah pusat baik dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) maupun alokasi dari Kementerian. Kondisi inilah yang membuat anggota DPRD Riau asal Daerah Pemilihan Kabupaten Kampar Masnur ingin melangkah ke Senayan pada pemilihan legislatif untuk DPR RI tahun 2019 mendatang.

Ketika ditemui di Bangkinang sebelum meninjau rumah layak huni di Kecamatan Rumbio Jaya, Ahad (29/7/2018) politisi Golkar yang telah dua periode duduk di DPRD Riau dan tiga periode di DPRD Kabupaten Kampar ini mengatakan, ia mengaku prihatin dengan kondisi Riau saat ini. Dengan adanya beberapa penurunan sumber anggaran daerah dan ia sangat menyayangkan minimnya kiprah dan perjuangan wakil Riau di Senayan (DPR RI, red).

Selaku putra Riau dan asli Kabupaten Kampar secara psikologis pasti akan berjuang untuk daerah ini. "Kalau hanya mengharapkan DBH, DAU tak akan sanggup daerah membangun, maka perlu adanya perjuangan yang lebih untuk merebut program-program dan dana di Kementerian," beber mantan Ketua Komisi A dan Komisi E DPRD Riau itu.

Masnur mengklaim bahwa ia lebih banyak bisa berinteraksi dengan masyarakat Riau khususnya Kampar karena ia bertempat tinggal di Kampar.

"Banyak yang duduk sekarang mereka hanya duduk di Jakarta. Kalau saya setiap minggu bisa bertemu dengan masyarakat dengan kader. Meskipun saya sekarang di DPRD Riau tetapi saya tetap tinggal di Bangkinang. Kalau saya duduk di DPR RI minimal sekali seminggu saya pulang ke Kampar kalau tidak sedang dinas keluar daerah," kata politisi yang memulai karier menjadi ketua Pimpinan Desa Partai Golkar pada tahun 1991 tersebut.

Dikatakan, kebutuhan daerah tidak terpenuhi jika jatah DBH terus turun. Daerah yang dulunya memiliki APBD yang besar seperti Bengkalis, Siak, Rohil maupun Kabupaten Kepulauan Meranti yang berkembang cukup pesat, saat ini mengalami gangguan keuangan. Kondisi itu juga dialami Kabupaten Kampar sehingga beberapa kegiatan terpaksa dirasionalisasi.

"DBH ini tergantung lifting cost. Kini persoalannya DBH Riau terus turun dan terjadi tunda salur. Ini berakibat penghasilan minyak Riau turun dan pendapatan Riau dari DBH juga turun," kata Masnur.

"Saya hadir di sana (Senayan, red) bagaimana bisa berkiprah dan bisa bicara di tingkat nasional," kata Masnur yang juga memperkenalkan putrinya Umul Saadah yang akan maju mewakili kaum perempuan dari Partai Golkar Dapil Kampar untuk DPRD Riau.

Menjadi anggota DPR RI kata Masnur harus pintar berkomunikasi dengan pemerintah pusat, merebut dana di departemen-departemen yang menurutnya sangat banyak sehingga daerah terbantu. Ia mencontohkan Provinsi Sumbar yang berhasil menarik banyak dana dari departemen.

Selama dua periode di DPRD Riau ia mengaku tahu apa yang perlu dibuat dan dibutuhkan oleh daerah-daerah di seluruh Riau. Menurutnya, semua orang punya strategi dan pengalaman untuk bersaing memperebutkan kursi DPR RI.

"Saya ingin berkiprah ke kancah lebih tinggi. Saya berangkat dari kader paling rendah dari desa, provinsi dan layak ke pusat," katanya.

Ia menambahkan, banyak calon DPR RI dari Kampar. Selain dirinya ada H Ilyas HU, H Zulher, Rachmat Jevary Juniardo, Dasril Affandi dan H Syahrul Aidi Maazat. Menurutnya, masing-masing punya strategi dan ia akan bermain cantik dan ia yakin semua calon punya cara masing-masing.

"Kalau kita katakan kita hebat tidak bisa, atau kita katakan orang lemah juga tak bisa. Ini politik cair dan dinamis. Dalam saya melakukan tindakan politik saya selalu berusaha, berjuang dan berdoa," beber mantan Ketua DPRD Kampar ini.

Masnur mengaku bangga karena selalu politisi ia bukan politisi bajing loncat. Ia pernah dikhianati pimpinan dan diperlakukan tidak sesuai harapan namun ia tetap setia di Golkar. "Ketika dikhianati pimpinan parpol saya tetap di Golkar, saya bangun, tumbang, bangun berdiri lagi," ulasnya.

Ia juga berkomitmen membangun dan menjaga komitmen dengan masyarakat. ***