JAKARTA - Charta Politika merilis hasil survei terbaru jelang pencoblosan Pilpres 2019. Dalam survei, responden ditanya alasan memilih di antara Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengungkapkan alasan responden pemilih tak memilih Jokowi-Ma'ruf karena tak bisa dipercaya. Sementara, Prabowo-Sandi tak dipilih karena dianggap tak berpengalaman dan ambisius.

"Di antara alasan-alasan berikut ini mana yang paling sesuai dengan alasan Ibu/bapak tidak memilih pasangan Prabowo dan Sandiaga? Belum berpengalaman 16,4 persen dan ambisius 15 persen," kata Yunarto di kantornya, Jakarta, Senin 25 Maret 2019.

Ia menambahkan, alasan lainnya karena belum tahu program kerjanya sebesar 10,1 persen, banyak menebar hoax dan ujaran kebencian 7,6 persen, orangnya keras/arogan 6,4 persen, dan menggunakan segala cara untuk menang 6,2 persen.

"Tidak bisa dipercaya 6 persen, tak suka program-programnya 4,2 persen, didukung tokoh/kelompok/partai yang saya tak suka 1,7 persen, dan memecah belah umat Islam 1,5 persen," lanjut Yunarto.

Adapun survei ini, ia menjelaskan ditanyakan pada pemilih yang tak mendukung Prabowo-Sandi beserta swing voters. Lalu, alasan tak memilih Jokowi-Ma'ruf karena tak bisa dipercaya atau berbeda ucapan dan perbuatan 16,5 persen.

"Berbeda antara ucapan dengan perbuatan/tidak bisa dipercaya 16,5 persen, tak menepati janji 14 persen, kurang tegas/wibawa 8,3 persen, hasil kerjanya tak bagus 7,9 persen, lebih berpihak pada asing/aseng 6,9 persen, didukung tokoh/kelompok/partai yang saya tak suka 5,7 persen," jelas Yunarto.

Dia menambahkan, ada alasan responden tak memilih Jokowi karena faktor Ma'ruf Amin sebagai cawapres yang dinilai terlalu tua. "Wakilnya terlalu tua 5,5 persen, tak suka dengan programnya 3,5 persen, kurang berpihak pada Islam 3 persen, dan tak bisa memimpin 2,1 persen," kata Yunarto.

Terkait survei ini, pengumpulan data dilaksanakan dari tanggal 1-9 Maret 2019, melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur terhadap 2.000 orang masyarakat dewasa dan terdaftar sebagai pemilih. Usia minimum responden adalah 17 tahun atau sudah memenuhi syarat pemilih.

Sampel dipilih sepenuhnya secara acak atau probability sampling dengan menggunakan metode penarikan sampel acak bertingkat. Survei ini juga memperhatikan urban/rural dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah pemilih di setiap provinsi.Jumlah sampel sebanyak 2000 responden, margin of error + 2.19% pada tingkat kepercayaan 95%. Unit sampling primer survei (PSU) ini adalah desa/kelurahan dengan jumlah sampel masing-masing 10 orang di 200 desa/kelurahan yang tersebar di Indonesia.***