JAKARTA - Bupati Kepulauan Meranti Irwan Nasir dan Kepala Bulog, Budi Waseso hadir membahas masa depan sagu dalam live talkshow sagu yang dipandu presenter Metro TV Andi F Noya. Talkshow digelar sempena Pekan Sagu Nusantara 2020 yang digelar di Graha Swala Kemenko Perekonomian RI Jakarta, Selasa (20/10/2020).

Selain Bupati Irwan dan Kepala Bulog Budi Waseso, juga tampil narasumber dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Kementerian Pertanian, pendamping petani sagu Tengku Rivanda Ansori, dan Ibu Saptarining Wulan selaku Dosen Sekolah Tinggi Patiwisata Trisakti dan Penggiat Makanan dari Sagu.

Pada dialog tersebut, Bupati Irwan banyak memaparkan potensi ekonomi sagu dalam mengawal pertumbuhan ekonomi Meranti. "APBD kami hanya sekitar 1,3 triliun rupiah per tahun, sementara transaksi sagu mencapai dua triliun rupiah per tahun," tegas Bupati.

Namun demikian, dalam hal kebijakan pemerintah, sagu bagaikan anak tiri. Diantaranya, kata Bupati, kebijakan penghentian izin dan penundaan izin baru (PIPIB) dari KLHK terhadap lahan-lahan yang banyak ditumbuhi sagu.

"Ini tentu menyulitkan petani sagu dan dunia usaha yang bergerak di bidang persaguan," tegas dia.

Hal lain yang dianggap sangat perlu, kata Irwan, adalah pemasaran sagu. Irwan berharap Bulog ikut andil agar petani sagu dapat berkembang seperti petani beras dan tanaman lainnya. Dengan kehadiran Bulog membeli sagu dari petani, tentu harga sagu dapat bersaing dan mensejahterakan petani. Terlebih sagu juga bisa berfungsi menjaga lingkungan dari kebakaran lahan dan hutan (karlahut) dan merupakan pangan yang sehat sehingga sagu bukan saja menjaga ketahanan pangan tetapi juga kedaulatan pangan tanah air.

Dalam talkshow tersebut, presenter Andi F Noya beberapa kali menggelitik Bupati Irwan dan Budi Waseso. "Pak Irwan sampaikan langsung ke Pak Buwas, jangan beraninya hanya di belakang," candanya.

Sementara Buwas menjelaskan bahwa sagu adalah tanaman pangan yang dulunya tidak diperhatikan. Padahal sagu adalah potensi pangan dalam negeri yang bisa mencukupi kebutuhan pangan nasional bahkan bisa diekspor. Sementara produksi beras tanah air semakin menurun sedangkan kebutuhan terus naik sehingga pemerintah terpaksa impor.

"Untuk itulah kita ikut mengembangkan sagu ini meskipun kita bukan satu-satunya. Semua pihak perlu terlibat dalam pengembangan sagu ini, jika Bulog saja tapi mengonsumsi sagu maka percuma," tegas dia.

Narasumber lain banyak memaparkan potensi sagu sebagai pangan masa depan asli Indonesia. Terlebih Papua yang memiliki lahan sagu terluas di Indonesia. Bahkan terungkap bahwa sagu adalah pangan pokok bangsa Indonesia dahulu kala.

Saat ini sagu sudah dikembangkan jadi berbagai produk. Terbaru adalah sagu parut kering (sapuring) yang diolah menjadi pakan ternak baik unggas, kambing dan sapi.

Talkshow ini sendiri disiarkan secara langsung di chanel youtube Kemenko Perekonomian. Untuk lengkapnya dapat disaksikan kembali di chanel tersebut.(rls)