JEMBER - Ribuan umat Islam menunaikan Shalat Idul Fitri 1441 Hijriah di masjid Pondok Pesantren (Ponpes) Mahfilud Duror, di Desa Suger Kidul, Kecamatan Jelbuk, Jember, Jawa Timur, Sabtu (23/5/2020) pagi.

Dikutip dari detikcom, Pengasuh Ponpes Mahfilud Duror, KH Ali Wafa, bertindak sebagai imam dan khatib pada Shalat Id tersebut.

KH Ali Wafa mengaku, sebelumnya sudah meminta masyarakat Shalat Id di rumah masing-masing. Namun masyarakat menolak dengan alasan tidak tahu tata cara Shalat Id di rumah bersama keluarga.

''Ini bapak-bapak dan ibu-ibu (sudah disarankan) untuk salat Id di rumah. Lah iya kalau tahu (cara) mengimami pak kiai. Jangankan mengimami, baca khotbahnya saja tidak tahu','' kata pria yang karib disapa Lora Ali ini menirukan jawaban jamaahnya, ketika dikonfirmasi usai shalat.

Lora Ali juga telah mengimbau jamaah agar memakai masker. Namun sebagian besar tetap tak memakainya.

''Sudah saya sampaikan, bahkan juga sudah disosialisasikan kepada jamaah saya, untuk memakai masker, jaga jarak, cuci tangan, bahkan saya siapkan (bilik) disinfektan, tapi mereka tidak mau memakai masker,'' ucapnya.

Alasan jamaah, kata Lora Ali, mereka tidak memiliki masker. Bahkan mereka balik menjawab, seharusnya pemerintah menyiapkan masker di lokasi shalat.

''Kalau pemerintah ngeman (perhatian) dengan masyarakatnya, kan tidak punya masker, ya (pemerintah) nyiapkan masker. Itu yang dikatakan waktu saya minta mereka pakai masker,'' sambung Lora menirukan ucapan jamaah.

Lora Ali pun akhirnya mengaku tak bisa berbuat apa-apa. Sebab semua imbauan sudah dilakukan. Bahkan juga mengenai menjaga jarak antarjamaah juga tak dilakukan.

''Dan yang datang kan ribuan ya, bukan hanya dari Jember, tapi juga ada yang dari Bondowoso dan kota lain,'' ujarnya.

Mengenai mengapa menentukan Idul Fitri lebih awal, Lora Ali mengatakan ponpesnya memiliki penghitungan sendiri. Baik itu mengenai awal Ramadan maupun awal bulan Syawal.

''Dasarnya adalah kitab Nuzhatu Al Majaalis Wa Muntakhobu Al Nafaais, yang sudah turun temurun dipegang oleh kiai dan pengasuh Ponpes Mahfilud Duror,'' katanya.

''Bahwa prinsipnya lima hari dari awal Ramadhan tahun sebelumnya, menjadi awal bulan Ramadhan tahun berikutnya,'' pungkas Lora Ali.***