GAYA hidup saat ini mencerminkan pribadi seseorang dalam berinteraksi. Pada media sosial instagram, pemilik akun tersebut berusaha untuk membuat citra yang baik dan gaya hidup sebaik – baiknya untuk mendapatkan tanda suka dan pengikut. Rasa percaya diri dan suatu kebanggaan bagi mereka ketika akunnya diikuti oleh banyak orang tetapi dibalik itu semua terdapat efek buruk yang berkaitan dengan kecemasan yang tinggi, depresi, kecanduan ketika tidak membuka media social dan bullying.

Kesehatan itu sendiri sangat penting bagi manusia. Arti kata sehat itu bukan hanya mencakup kesehatan fisik saja, tetapi juga kesehatan secara jiwa atau mental. Cara bagaimana kita menerima diri sendiri dan penerimaan orang lain. Kesehatan mental menurut WHO pada tahun 2017 adalah keadaan baik dimana seseorang dapat menyadari potensi atau kemampuan dirinya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup, bisa bekerja secara produktif dan dapat memberikan kontribusi pada komunitas. Bahkan untuk memiliki kesehatan mental yang baik, maka diperlukannya proses penyesuaian diri. Kita sebagai pengguna aktif sosial media perlu menyesuailan diri dalam berinteraksi di internet.

Royal Society of Public Health (RSPH) di Inggris mengatakan kalau media sosial seperti Instagram, Snapchat, Facebook dan Twitter itu memberi dampak buruk bagi kesehatan mental seseorang. Setelah melakukan survey pada tahun 2017, sekitar 1.500 remaja Inggris dengan rentang usia 14 – 24 tahun disebutkan bahwa Instagram menjadi media sosial terburuk untuk kesehatan mental terutama bagi kalangan anak muda.

Instagram terbilang cukup sering untuk memperbarui fitur – fitur baru seperti Instagram Stories. Kegunaaan dari Instagram Stories ini yaitu mendorong penggunanya untuk membagikan sebuah konten seperti foto atai video yang akan menghilang setelah 24 jam. Konten – konten yang dibagikan pun seperti konten keseharian para penggunanya atau digunakan untuk pemanfaatan bisnis. Pengunaan sosial media yang tinggi dapat menyebabkan kecanduan. Orang akan menjadi sangat tergantung terhadap media sosial akan merasa hidupnya tidak akan lengkap jika tidak membuka atau update di sosial media. Sama halnya dengan mereka yang kecanduan dengan Instagram, suatu momen tidak akan lengkap jika tidak diupdate di Instagram. Pada akhirnya akan menyebabkan ketergantungan tadi. Lalu bagi seseorang mempunyai self esteem yang rendah, mereka akan cenderung membandingkan kehidupannya dengan orang lain.

Self esteem atau harga diri yang terkait dengan naik turunnya perubahan situasi. Bagi seseorang dengan self esteem yang baik, maka mereka akan memandangi dirinya dengan baik dan menerima dengan baik. Sebaliknya bagi seseorang dengan self esteem yang buruk, secara drastis akan mempengaruhi cara mereka menerima dan memandang dirinya. mereka akan melihat bahwa kehidupannya tidak lebih baik dari kehidupan orang yang diikutinya di Instagram. Justru ini akan memperburuk kesehatan mental mereka. Situasi ini akan diperburuk dengan komentar komentar yang tidak mendukung, seperti “kamu gendutan ya sekarang” atau “cakep sih tapi jerawatan”.  Komentar ini justru menurunkan kepercayaan diri seseorang. Penting bagi kita pengguna Instagram untuk mengikuti akun – akun yang membangun kepercayaan diri atau memanfaatkan fitur “mute” yang disediakan oleh Instagram.

Jika dirasa  itu semua belum cukup, ada metode atau fenomena yang kini tengah terjadi yaitu Deleting Toxic (Detox) Instagram. Dimana orang yang menggunakan Instagram menjadi negatif bagi dirinya secara fisik maupun mental. Banyak artis – artis internasional dan nasional yang menghapus akun Instagram. Artis luas negeri yang menghapus Instagramnya adalah Selena Gomez. Selena mengatakan bahwa konsumsi berlebihan pada saat bermain Instagram sangat mempengaruhi kesehatan mentalnya. Lalu artis dalam negeri yang memutuskan untuk rehat dari Instagram adalah Ariel Tatum. Ia tidak menghapus akun instagramnya, hanya saja vakum dari media sosial tersebut. Kemudian ada Eva Celia, anak dari Sophia Latjuba yang merasa bahwa selama ini manusia hidup dengan ketergantungan terhadap media sosial. Sehingga ia mencoba untuk melakukan metode detox media sosial dengan cara vakum dari Instagram hingga waktu yang tidak ditentukan.

Jika kita lihat dari beberapa artis yang melakukan Detox Instagram untuk memulihkan kembali pikiran yang sehat, fisik dan mentalnya, justru memang ada baiknya jika kita sebagai penikmat atau yang merasa kecanduan dengan media sosial Instagram untuk melakukan metode detox ini atau rehat sejenak dari media sosial tersebut. Detox Instagram ini sudah banyak dilakukan oleh kalangan muda mudi. Bahkan mereka menceritakan pengalaman tersebut di blog pribadinya. Setelah rehat dari Instagram, mereka menyadari bahwa tidak perlu lagi untuk berlomba – lomba membagikan prestasi, cemburu dengan kehidupan orang lain dan sebagainya di Instagram. Kita hanya perlu menjadi diri sendiri dan menemukan potensi atau kemampuan yang ada didalam diri.

Ketika berhenti menggunakan Instagram, maka self esteem akan menjadi lebih baik dan individu akan menyadari keunggulan dalam dirinya yang disebut dengan domain. Dalam mengembangkan domain maka dibutuhkan motivasi dan perasaan mampu dari dalam diri. Jika merasa butuh untuk mengembangkan diri, kita bisa menuliskan target – target dan dibantu dengan panduan dari membaca referensi buku atau media sosial seperti Youtube.

*Penulis adalah Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau