BAGANSIAPIAPI - Fakta menyebutkan, usai perhelatan Pilkada, tentu sudah banyak menguras energi, pikiran dan materi. Mau tidak mau, siap tidak siap, jika sudah kalah pasti akan menjadi beban pikiran calon bupati yang kalah. Kekalahan dalam setiap ajang pemilihan calon kepala daerah menjadi resiko tersendiri bagi para kandidat.

Sebab tidak sedikit dana yang dikeluarkan. Baik untuk biaya kampanye, membayar tim sukses, serta lobi partai politik.

Untuk pilkada Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) mungkin agak berbeda dengan kabupaten lain. Karena calon Bupati yang bertarung, tidak lain merupakan putra asli Rohil. Seandainya ada paslon yang kalah, tidak mungkin sampai menjadi stress.

Hal ini disampaikan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Rohil, Nasruddin Hasan kepada GoRiau.com, Kamis (10/12/2015) di kediaman Bupati Rohil.

"Kita mengenal semua calon dengan sangat baik. Malah sering duduk satu meja dan sering mengopi serta bertukar pikiran. Kita sering duduk bersama dengan Herman Sani, Suyatno, Wan Syamsir dan Syafruddin. Seandainya salah satu dari mereka terpilih menjadi Bupati, saya rasa yang kalah tidak mungkin sampai menjadi stres," kata Nasruddin.

Nasruddin mengungkapkan, analisa perkiraan dan prediksi dari tim sukses dan pemilih yang menjagokan pilihannya untuk menang dalam pilkada ini mungkin saja meleset. Namun dukungan itu hanya sebatas pada saat hari pemilihan. Dan sampai saat ini, tidak ada benturan antara sesama pendukung dan itu berarti bahwa pelaksanaan Pilkada berjalan dengan sukses.

Ketua Partai Golkar ini juga menyebutkan, pemerintah dalam hal ini belum ada koordinasi dengan rumah sakit jiwa untuk membahas mengenai ada cabup atau tim sukses yang mengalami gangguan jiwa usai Pilkada.

"Bukan hanya Pilkada, saat Pileg kemaren juga tidak ada calon yang stress, sebab dia sudah tahu resikonya," ujar Nasruddin.

Oleh karena itu, Nasruddin berharap, calon Bupati yang sudah dinyatakan menang hendaknya merangkul mereka yang kalah. "Calon bupati dalam pilkada sebenarnya sudah berpikiran rasional dan bisa mengukur diri. Jika tidak, sama saja dengan pepatah melayu 'Jangan besar bayang-bayang dari badan'," ujarnya.(amr)