JAKARTA - Partai Gerindra optimistis menempati urutan kedua dalam perolehan suara Pileg 2019. Gerindra juga optimistis bisa menambah jumlah kursi di parlemen.

"Namun demikian, kami tetap bersyukur dan senang karena Gerindra telah memperoleh suara terbanyak kedua menurut perhitungan sementara yang kami miliki di internal. Mudah-mudahan dalam waktu yang tersisa, kita bisa meningkatkan persentase dari perolehan suara secara nasional dan menambah kursi di parlemen," kata Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (25/4/2019).

Riza mengaku belum menghitung berapa tepatnya peroleh kursi Gerindra. Namun dia berharap partainya bisa meraih 100 kursi di parlemen. "Kita belum hitung berapa kursi. Ya, kalau kemarin kita 73, kalau sekarang tambah 10 kan paling tidak 83. Mudah-mudahan bisa mendekati 100, tentu harapan kami setidaknya. Memang target kami setidaknya kami bisa menembus 20 persen suara, tapi ternyata ini berbeda," ujar Riza.

Riza juga mengungkapkan kekecewaannya soal masih adanya praktik politik uang dalam pemilu kali ini. Hal itu menimbulkan pergeseran suara di hari-hari terakhir menjelang pemilu karena banyak caleg atau partai yang 'membeli' suara.

Terkait dengan efek ekor jas atau coattail effect, Riza mengatakan Prabowo tidak hanya memberikan dampak suara bagi Gerindra, tapi juga partai pengusung lain dalam koalisi. Efek ekor jas dari Jokowi juga disebutnya tak hanya dimiliki PDIP, tapi juga partai pendukungnya yang lain.

"Jadi memang Pak Prabowo itu memberikan suara atau dampak bagi Partai Gerindra, namun dinikmati oleh partai lain, seperti PKS juga ikut menikmati, PAN juga ikut menikmati. Jadi partai-partai yang berkoalisi ikut menikmatinya. Saya kira itu juga salah satu penyebab," ungkap Riza.

"Begitu juga suara Pak Jokowi juga dinikmati oleh partai-partai pengusungnya. Tidak hanya PDIP yang menikmati suara capres, tapi partai-partai pengusung. Jadi tidak otomatis yang menikmati hanya partai yang memiliki capres, PDIP dan Gerindra, tapi juga dinikmati oleh partai-partai pendukung dari pasangan calon tersebut," pungkasnya.***