PEKANBARU, GORIAU.COM - Bersempena menyambut kedatangan tahun baru Saka 1935, umat Hindu di Kota Pekanbaru menggelar pawai ogoh-ogoh sebagaimana halnya penganut aliran ini di seantoro belahan dunia. Kegiatan pawai ogoh-ogoh, dilaksanakan pada Senin (11/3) malam, dengan tujuan pengusiranya makhluk halus dan roh jahat.

Pembimbing masyarakat Hindu di Riau, Nengah Sujati SAg yang ditemui wartawan pada saat acara mengatakan, ini merupakan ritual tahunan yang dilaksanakan oleh umat Hindu setiap Hari Raya Nyepi. "Ritual ini bertujuan tidak lain untuk mengusir makhluk halus seperti setan. Pawai dilaksana secara bersamaan," terangnya.

Dikatakanya, Ogoh-ogoh ini sebagai lambang hantu jahat yang memang seharusnya dibuang jauh-jauh dari umat Hindu. Dan ini merupakan penyucian diri bagi umat Hindu atau yang lebih dikenal dengan sebutan Penyucian Buana Agung yakni alam dan buana alit yaitu diri manusia, khususnya ini dipahami penganut Hindu.

"Ini kegiatan sampai malam atau dini hari merupakan penyucian. Dan setelahnya itu suci, baru ada Catur Brata penyepian pada hari perayaan nyepi ini dikenal Catur Brata Penyepian. Dengan artian itu masyarakat Hindu harus melaksanakan puasa. Tidak boleh menyalakan api, bekerja, dan bersenang-senang," katanya.

Dikesempatan itu, Nengah Sujati yang merupakan pembimbing masyarakat Hindu di Riau ini mengatakan, dalam pelaksanaan pawai ini memang masih kesulitan yang disebabkan masyarakat Hindu di Riau berkisar 2500 hingga 2.700 jiwa. Penduduk terbanyak berada di Rokan Hilir disusul Kandis dan Dumai.

"Sebagai kaum yang minoritas di Riau, masyarakat Hindu masih kesulitan untuk mengembangkan budaya. Seperti yang dilakukan di Kota Pekanbaru, minim peminat, pelaksanaan ogoh-ogoh belum meriah. Bahkan, dalam hal perayaan ini masih kesulitan untuk mengumpulkan dan latihannya," terangnya. (rdi)