FENOMENAmedia sosial dewasa ini sangat cepat sekali menyebar dalam segmen kehidupan masyarakat. Bukan hanya informasi baik namun di satu sisi informasi yang tidak bermanfaat juga kadang berbaur menjadi satu yang kadang membuat miris, khususnya bagi tatanan akhlak generasi muda Islam.

Akhir-akhir ini berkembang aplikasi di media sosial yang memungkinkan para penggunanya untuk melakukan aksi menirukan suara musik dengan beragam gaya. Sayangnya, hampir semua penggunanya menampilkan sesuatu yang hanya menampilkan hiburan semata tanpa ada wawasan yang memberikan dampak positif bagi masyarakat. Akhirnya, banyak masyarakat berlomba-lomba khususnya generasi muda untuk menjadi sosok yang dikenal lewat aplikasi satu ini.

Degradasi moral anak bangsa khususnya generasi Islam dipertaruhkan dengan hadirnya aplikasi-aplikasi yang hadir membawa banyak kemudharatan daripada manfaat bagi masyarakat. Padahal, generasi muda adalah generasi yang rentan akan pergaulan yang jika salah dalam memilih dan beradaptasi akan membawa pengaruh buruk dalam setiap langkah perjalanannya kelak. Lebih dari itu, pondasi sebuah negara akan rapuh manakala masyarakatnya mengalami degradasi moral. Moral akan membawa dampak yang besar bagi pembangunan sebuah bangsa. Rasulullah Saw sendiripun mendapat tugas kenabian dengan misi merubah tatanan akhlak manusia kala itu.

Di dalam Al-Qur’an, Allah Swt, telah memperingatkan manusia bahwa harus benar-benar menempa generasi masa depan yang tangguh, dan kuat. Tujuannya tidak lain adalah untuk menjaga keberlangsungan peradaban manusia itu sendiri. Baik-buruknya suatu peradaban kelak akan ditentukan oleh akhlak serta prilaku generasi mudanya. Apalagi dalam laporan terakhir dari Badan Pusat Statistik Indonesia akan dikaruniai bonus demografi generasi muda yang diisi oleh potensi kaum-kaum muda kelak di tahun 2045, pada masa itu Indonesia akan dipenuhi oleh generasi emas dan sumber daya manusia yang masih energik dan muda. Laporan ini mengindikasikan bahwa kelak peradaban bangsa ini akan ditentukan oleh kualitas generasi mudanya di era saat ini. Cepat atau lambat bila tidak dibimbing, generasi muda saat ini hanya kan semakin menambah beban pemerintah kelak, daripada diharapkan mampu tampil menjadi sosok-sosok yang dapat merubah bangsa.

Ada kisah menarik yang dialami oleh sahabat Rasulullah Saw yaitu Saad Ibn Abi Waqqash saat di masa-masa terakhir hidupnya. Ia mengatakan akan mewasiatkan seluruh hartanya kepada umat Islam kala itu, namun Rasulullah melarangnya, alasannya bahwa anaknya lah yang harusnya dipenuhinya dulu akan hartanya tersebut, sebab bila generasi di belakangnya lemah, baik mental maupun materiil maka akan semakin sulit dan ikhlas dalam menyebarkan berita dakwah. Ia mewasiatkan sepertiganya. Rasulullah Saw lalu bersabda : “… dan sepertiga itu pun sudah banyak. Sesungguhnya, jika engkau tinggalkan pewaris-pewarismu dalam keadaan mampu, lebih baik daripada mereka dalam keadaan melarat, menadahkan telapak tangan kepada sesama manusia.” (HR. Bukhari Muslim).

Hadits ini merupakan penjelas atas ayat ke 9 Surat an-Nisa. “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.”(QS.4:9). Jika ditanya siapakah yang paling bertanggung jawab dalam menentukan prilaku moral dan mental para generasi muda tersebut ? jawabannya adalah keluarga. Keluargalah yang akan melahirkan generasi dzurriyatan dhia’fan (anak cucu yang lemah) atau sebaliknya, dzurriyatan thoyyibatan (anak cucu yang berkualitas).  Untuk itu, orang tua harus bekerja keras menyiapkan jalan penghidupan yang layak.

Hal ini bertentangan dengan situasi zaman sekarang malah kebanyakan orang tua lah yang lebih unggul di media sosial dari pada anaknya sendiri. Maka dari itu kita harus betul menjaga situasi dan generasi yang tangguh. Yang siap mental  jangan sampai sebagai orang tua atau pun kita sebagai orang yang paham akan zaman sekarang meninggalkan generasi yang lemah, yakni lemah ekonomi, iman (akidah), ilmu pengetahuan dan akhlak mulia. Namun, orang tua wajib mendidik anak-anaknya lebih dahulu dengan akidah yang kuat sejak dini, ketaatan dalam ibadah dan keutamaan dalam akhlak mulia

Mempersiapkan generasi yang dibelakang kita adalah menjadi tugas bersama seluruh elemen masyarakat terlebih bagi orangtua. Peran orangtua dalam membina kualitas mental akan menjadikan sebuah keluarga tersebut memiliki generasi yang kuat dan selalu tampil energik. Generasi inilah yang pada akhirnya akan jauh dari label generasi yang lemah, lemah dalam segala hal. Tentunya kita berharap dengan mempersiapkan generasi terbaik akan mempolakan pikiran mereka bahwa sebagai generasi muda tugasnya adalah mengawal dan meneruskan pola yang baik guna menyonsong dan menghindari hadirnya generasi yang lemah yang pada akhirnya akan menggerus tatanan hidup beragama, berbangsa dan bernegara. Sudah saatnya para orangtua aktif dalam memantau bagaimana momentum untuk meninggalkan generasi terbaik harus digalakkan agar meminimalisir timbulnya generasi yang lemah (Dzurryatan Dhiafan). Semoga bermanfaat. Wallahu ‘Alam. ***

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau