JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Bambang Bridjonegoro mengungkapkan, pihaknya telah menerima dukungan anggaran dari LPDP untuk kegiatan riset.

"Sampai hari ini, kami sudah menggunakan sekitar Rp200 miliar dari dana abadi pendidikan," kata Bambang dalam rapat bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (23/9/2010).

Di tahun 2020, kata Bambang, untuk kegiatan riset inovasi Covid-19 di seluruh konsorsium, yaitu sekitar Rp90 miliar, "itu semuanya dibiayai oleh LPDP, tapi melalui pengelolaan dana pendidikan,".

"Demikian juga PRN (program riset nasional, red) yang kalau tidak salah jumlahnya Rp240 miliar, itu juga akhirnya dibiayai oleh LPDP," kata Bambang.

Bambang mengutarakan, masih ada peluang untuk meningkatkan kegiatan riset jika Kementrian Keuangan (Kemenkeu) RI bisa mencairkan Dana Abadi yang nilai akumulasinya untuk tahun 2019-2020 mencapai Rp5,99 triliun, kepada LPDP.

Estimasi Bambang, jika dengan perhitungan return 5 persen, maka akan ada tambahan dana untuk riset sebesar Rp300 miliar, "kalau ditambah lagi Rp3 triliun (Dana Abadi 2021), maka sekitar Rp400 miliar (tambahan dana riset, red)".

Bambang juga mengungkapkan, belum cairnya Dana Abadi sebesar 5,99 triliun, lantaran Kemenkeu masih menyusun konsep pengelolaan dana abadi yang tidak hanya untuk pendidikan, tapi juga untuk yang hal lain.

Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi VII yang juga Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Mercy Chriesty Barends, menegaskan pentingnya segera ada kejelasan mengenai rencana skenario BLU khusus riset.

"Sampai kapan BLU pendidikan ini mengelola dana riset?" tanya Mercy.

Ia menegaskan, pola titip dana riset di dana pendidikan yang dikelola LPDP, tak bisa dibiarkan terus berlanjut.

"Ini berkaitan dengan fungsi pengawasan, dan seterusnya. Kalau ini semua dititip ke Pendidikan bisa kacau ini urusan riset. Dalam waktu dekat kami minta ada kepastian scenario planning BLU khusus riset," tegas politisi PDIP itu.***