JAKARTA - Influencer dan pengusaha Tirta Mandira Hudhi atau yang dikenal dr. Tirta mengumumkan jika dirinya saat ini sedang tak baik-baik saja.

Secara resmi ia mengumumkan lewat akun twitter pribadinya. Dirinya mengakui, saat ini sudah mulai mengalami gejala batuk dan demam.

"Saya putuskan bedrest total, dan mengunci diri di rumah. Saya sedang tidak baik-baik saja. Saya sudah mulai batuk dan flu, jika tiga hari ini tidak membaik saya akan ke Rumah Sakit," ujarnya dr Tirta seperti dikutip GoNews.co, Sabtu (28/3/2020) melalui akun twitternya.

"Untuk sementara APD saya minta Tim saya untuk terus mengirimkan ke Pulau atau daerah-daerah yang membutuhkan," tegasnya.

Sontak pengumuman ini langsung dibanjiri netizen. Setidaknya, ada ribuan orang yang membagikan dan berkomentar memberikan dukungan moril ke dr Tirta.

Lalu, siapakah sebenarnya dr Tirta, dan kenapa ia mati-matian menjadi relawan Covid 19?

Dr Tirta pernah menceritakan alasannya mati-matian menjadi relawan untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19 di Indonesia.

"Usia 8 tahun gue terinfeksi TBC. Penyakit TBC adalah endemik di Indonesia. Kematian dan jumlah kasus di Indo sangat tinggi. Penyebaran airbone disease," tulis dr. Tirta dalam akun Twitter pribadinya, Rabu (25/3/2020).

"Gue 8 tahun tertular TBC temen gue yang batuk di depan gue," imbuhnya.

Pria kelahiran tahun 1991 ini harus mengikuti program penyembuhan selama 10 bulan. Namun Tirta tidak dapat pulih total seperti sebelumnya.

"Total 10 bulan. Penyembuhan. Dan gue diprediksi habis itu divonis jadi orang yang sakit-sakitan," ujarnya.

Ia menambahkan, "Paru-paru gue gambarannya selalu flek sembuh setelah program. Setelah penyembuhan TB, gue kena berbagai macam penyakit pernapasan. Faringitis, Laringitis, Tonsilitis, Bronkitis, dan sinusitis. Ini sampai SMA".

Lulus SMA, Tirta memutuskan ingin menjadi dokter. Ia kemudian diterima di Fakultas Kedokteran UGM.

Tirta lulus dengan predikat cumlaude dan ditawari beasiswa ke Belanda oleh Prof Iwan, dosennya. Namun ia menolak dan memilih bekerja di rumah sakit dan puskesmas sembari mengurus bisnis. Ketika menjadi dosen tamu, dr.Tirta bertemu kembali dengan Prof Iwan.

Saat itu, Tirta mendapat pesan dari Prof Iwan, "Jadi dokter gak selalu berjuang di belakang jas praktek, bisa di kursi lain, di situ ide kamu akan berguna, gak hanya buat pasien, tapi buat temenmu, tenaga medis. Tirta, berjuanglah dengan caramu sendiri".

"Tabunglah uang dari usahamu, berjuang, naikkan derajat tenaga medis, amankan pasien, buat RS! Siapa tahu kamu bisa!" lanjut Prof Iwan menasehati dr. Tirta.

Namun, baru-baru ini dr. Tirta mendapat kabar bahwa Prof Iwan, dosennya terkena Covid-19.

"Di situlah gue mati-matian, gue gak mau lihat temen gue, tenaga medis, down, gue berjuang. Beli masker sendiri, cari APD sendiri, dan akhirnya gue di undang BNPB," ungkapnya

Tirta memilih menjadi relawan, mengkoordinasi semua sumbangan influencer, membuat program untuk membantu mengurangi tingkat infeksi Covid-19 di Jakarta dan Indonesia.

"Gue gak dikasih biaya, gue pakai duit gue sendiri, dan tiba-tiba @kitabisacom akhirnya memutuskan bantu gue," ucap Tirta.

Saat tengah berusaha menggalang bantuan dan menyalurkannya untuk para tenaga medis dan garda depan orang yang terdampak Covid-19, Tirta mendapatkan kabar yang membuatnya sedih.

Tirta bercerita, "Gue bergerak, 14-15 jam sehari. Kadang 20 jam. Capek. Tapi gue semangat. Ini sumpah gue. Dan tiba-tiba gue denger kabar kalau Prof Iwan meninggal".

"Gue saat itu lagi wawancara bareng GEN FM Jakarta. Gue nangis ketika wawancara. Gue down. Mood gue berantakan saat itu. Karena beliaulah, yang membuat gue seperti ini," kenang Tirta.

Kabar meninggalnya sang dosen tak membuat Tirta berlarut dalam kesedihan. Ia memutuskan untuk meneruskan perjuangan gurunya.

"Gue akan bantu sebisa gue. 100/200/300 RS. Mau gue sampe sakitpun, gue ga peduli. Negara ini butuh bantuan. Jika angka infeksi gak bisa ditekan, Indonesia bisa krisis corona sampe juni. Dan ini bahaya. Satu-satunya cara, ya menekan angka infeksi. Di sinilah peran relawan," katanya.

Bagi dr. Tirta, menjadi relawan untuk menekan penyebaran virus corona termasuk sumpah dokternya.

"Gue akan jaga kawan-kawan gue di garda IGD. Meski nyawa gue taruhannya. Followers, harta, popularitas, itu sementara. So, itulah alasan gue ngegas," ujarnya.***