JAKARTA -- Bos Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP), Jusuf Hamka, mengungkapkan bahwa dirinya pernah diperas oleh manajemen Bank Syariah.

Dikutip dari detikcom, anak angkat Buya Hamka itu menuturkan, pemerasan bermula ketika dia berniat melunasi utang-utang sejumlah perusahaannya, dan menyetorkan dana Rp800 miliar.

''Saya minta keringanan bunga ditolak, waktu mau lunasi utang juga ditolak. Eh, pas saya minta balikin tuh duit ditahan Rp120 miliar dengan alasan ini-itu. Intinya saya mau diperas oleh mereka dan saya sudah laporkan ke polisi. Saya tak akan mundur,'' tegas Jusuf Hamka emosional, kepada Tim Blak-blakan detikcom, Kamis (22/7/2021).

Dengan pengalaman tersebut dia tegas menyebut bahwa Bank Syariah pada praktiknya ternyata lebih kejam dari bank konvensional.

''Kalau pengusaha sekelas saya aja dikerjain, bagaimana saudara kita yang di bawah. Saya akan buktikan bahwa ini zalim,'' tegasnya.

Jusuf Hamka juga bicara blak-blakan menanggapi tindakan sejumlah krematorium yang mematok tarif di luar kewajaran. Sebagai pengelola satu-satunya krematorium terbesar, terlama, dan berizin di Jakarta akhirnya dia turun langsung untuk memerangi ulah mereka.Caranya, Pembina Yayasan Daya Besar Krematorium Cilincing, Jakarta Utara, itu mematok biaya kremasi untuk jenazah Covid-19 cuma sebesar Rp7 juta. Padahal di tempat lain ada yang memasang tarif antara Rp20-80 juta.

''Biaya Rp7 juta itu masih dapat untung kok, kenapa harus sampai puluhan juta. Keterlaluan sekali mengambil keuntungan di tengah duka keluarga. Padahal saya tahu izin mereka itu sebetulnya cuma sementara,'' kata Jusuf Hamka.

Tarif kremasi jenazah biasa sebetulnya cuma Rp4-5 juta. Khusus untuk jenazah mantan pasien Covid-19 menjadi lebih mahal dua juta karena ada biaya tambahan, seperti untuk disinfektan, APD, dan honor tambahan petugas karena harus bekerja di malam hari.

''Tapi kalau keluarga tidak mampu tinggal bawa surat keterangan akan saya gratiskan,'' ujar Jusuf Hamka yang dikenal sebagai pengusaha jalan tol.

Jusuf Hamka sempat mengancam akan menggratiskan semua jenazah pasien Covid-19 di krematorium Cilincing bila kartel kremasi tak tobat dan memasang tarif wajar. Dia mengaku mendapatkan jaminan dari manajemen CMNP, Artha Graha Peduli, Salim Grup, dan Yayasan Petak Sembilan untuk menanggung biaya kremasi.

Setelah ancaman itu, kata Jusuf Hamka, pada Kamis pagi kemarin dia mendapat kabar tarif kremasi sudah normal. Toh begitu, polisi tetap akan menindak mereka yang nakal itu.

Krematorium Dr Aggi Tjetje di Cilincing, Jakarta Utara berdiri zejak 1975 di era Gubernur Ali Sadikin. Krematorium itu memiliki 10 tungku pembakaran dengan kayu. Sejak Dr Aggi berpulang, pengelolaan krematorium dipercayakan kepada adiknya yang tak lain adalah Jusuf Hamka.***