PIDIE JAYA - Haji Busra, nelayan berusia 65 tahun itu sibuk memantau orang-orang yang bekerja mempersiapkan makanan di posko pengungsian yang berlokasi di Pesantren Al Hijrah, Masjid Tuha, Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya.

Kebanyakan para tukang masak ini adalah para pria. Wajan- wajan besar berisi olahan makanan mereka aduk dengan semangat, sambil menawarkan kepada orang-orang yang datang ke posko ini untuk menikmati makanan yang mereka siapkan.

Ya, di posko pengungsian ini, aktivitas masyarakat terlihat tinggi. Ada lebih kurang 606 KK atau 1.800 jiwa dari tiga lingkungan, yaitu Masjid Tuha, Dayak Upanek dan Lhok Nga, yang menjadi penghuni posko pengungsi ini. Para pria mengambil peran untuk mengurus posko dengan menjadi juru masak.

“Ya, kami berbagi tugas. Bapak-bapak memasak, supaya para ibu bisa menjaga anak-anak,” kata Haji Busra kepada GoSumut, Minggu, 11/12/2016.

Selain menjaga anak, para perempuan ikut berbelanja, untuk membeli kebutuhan posko. Basariah, 46, pengungsi di posko ini mengatakan, Para perempuan menempati pesantren yang berupa pondok dari kayu ini, sambil mengasuh anak dan orang tua.

Empat hari pasca gempa, bantuan yang mengalir ke posko ini cukup banyak. Para penyumbang dari berbagai kalangan, baik LSM,  masyarakat, maupun anak-anak sekolah. Kechik Gampong Mesjid Tuha, Zunaidi, bahkan mengatakan, dari hari pertama peristiwa bencana, masyarakat sudah langsung memberikan bantuan.

“Saya sangat salut sekali dengan masyarakat yang berinisiatif untuk memberikan bantuannya. Paling salut melihat anak-anak SMPN 5 Sawang, Aceh Utara, yang datang di hari pertama musibah untuk memberikan bantuan kepada masyarakat korban gempa di posko ini,” kata Kecik Masjid Tuha, Zunaidi, yang memimpin posko pengungsi di Masjid Tuha ini.  

Dia mengatakan, partisipasi dari masyarakat Aceh untuk terlibat membantu posko pengungsian sangat baik. Setiap saat, ungkapnya, masyarakat silih berganti datang memberikan bantuan, bahan makanan dan lainnya.

Di sejumlah kampung, masjid-masjid juga mengumumkan melalui pengeras suara, jika masyarakat ingin membantu warga yang sedang ditimpa bencana gempa di Pidie Jaya dan sekitarnya, dapat menyalurkannya melalui masjid.

Di rumah makan Cotring, dari hari pertama peristiwa gempa hingga saat ini, masyarakat yang membutuhkan makanan dan tempat beristirahat dapat memanfaatkan fasilitas gratis dari rumah makan ini. Semula, Ti Aisyah, pemilik rumah makan membagi-bagikan makanan gratis selama 1 hari kepada korban gempa. Namun pada hari kedua, partai Nasdem menjadikan rumah makannya ini posko dapur umum dan membiayai kebutuhan logistik dari pagi hingga malam.

“Setiap hari kami diminta menyiapkan 6.000 porsi makanan,” katanya.  Lokasi rumah makan Cotring ini juga menjadi tempat para wartawan mengerjakan berita karena tersedia fasilitas wifi.