PEKANBARU, GORIAU.COM - Pesatnya perkembangan media massa online telah menyebabkan bangkrutnya banyak media cetak di Amerika Serikat. Pada tahun 2009, dua surat kabar di Amerika Serikat yang berusia sekitar 150 tahun, yakni The Rocky Mountain News dan The Seattle Post Inteligencer, memutuskan berhenti terbit. Pada 31 Desember 2012, giliran majalah Newsweek, yang merupakan majalah terbesar kedua di dunia, menemui ajalnya.

Fakta itu diungkapkan Pemimpin Redaksi GoRiau.com Hasan Basril, saat menjadi narasumber pada "Seminar Dinamika dan Prospek Media Massa di Era Globalisasi" yang digelar Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Islam Riau (UIR), di Kampus UIR, Pekanbaru, Senin, 10 November 2014. Selain Hasan Basril hadir sebagai narasumber pada seminar tersebut Dekan Fikom UIR Dr H Ahmad Tarmizi Yusa dan Wakil Dekan Fakultas Agama Islam UIR Dr Zulkifli Rusby, dengan moderator HM Hasbi Zaidi, SE MP.

Ditambahkan Hasan Basril, meminjam prediksi mantan wartawan Strait Times Cyril, media massa cetak di Amerika Serikat akan punah pada 2017, di Inggris 2019, Kanada 2020, Norwegia 2020, Singapura 2021, Finlandia 2021, Australia 2022, Hong Kong 2022 dan Denmark 2023.

Sedangkan untuk Indonesia, Cyril memprediksi media cetak akan berakhir pada 2040. "Jadi, bagi mereka yang bekerja di media cetak di Indonesia saat ini tidak perlu khawatir, karena masih ada tenggat waktu sekitar 26 tahun lagi," kata dosen jurnalistik di sejumlah perguruan tinggi itu.

Menurut Hasan Basril, kemunduran media massa cetak tidak hanya disebabkan pesatnya pertumbuhan media online, namun juga dikarenakan banyak faktor lainnya, termasuk semakin mahalnya biaya cetak dan distribusi. "Semakin lama biaya cetak dan distribusi dipastikan akan semakin mahal, sebaliknya penghasilan dari iklan akan semakin menurun karena pemasang iklan mulai beralih beriklan ke media online," ujar Majelis Etik Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pekanbaru tersebut.

Bagi mahasiswa yang berminat menjadi wartawan, sambung Hasan Basril, jangan khawatir, sebab profesi jurnalis akan terus hidup, hanya saja jenis medianya yang akan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. "Media massa cetak bisa saja berakhir, tapi profesi jurnalistik akan hidup, karena akan ada media jenis baru akan muncul dan berkembang seiring kemajuan teknologi," sebut tenaga penguji untuk uji kompetensi jurnalis di AJI Indonesia itu.

Sementara Tarmizi Yusa mengingatkan mahasiswa untuk belajar menulis dan memperluas wawasan, apa lagi bagi yang ingin bekerja di media massa.

"Tentu saja hanya mereka yang bisa menulis dengan baik dan memiliki wawasan luas serta memiliki kemampuan analisis yang tajam, yang akan menjadi wartawan yang baik, yang karya jurnalistiknya akan memberikan manfaat bagi banyak orang," ujarnya.

Sedangkan Zulkifli Rusby mengajak mahasiswa untuk tidak lagi berfikir menjadi pegawai negeri sipil maupun pegawai swasta setelah lulus. "Cobalah berfikir untuk jadi enterpreneurn," katanya.

Pada kesempatan itu, Zulkifli mencuraikan tentang kiat-kiat untuk menjadi enterpreneur. "Kalau mau kaya, jadilah enterpreneur," ujarnya. rls