PEKANBARU - Sejumlah Ulama dan Kyai Sepuh NU memberikan restu kepada KH. Abdul Khalim Mahali, LL.B (Hons), MPIR untuk maju sebagai Kandidat Ketua Umum PBNU pada Muktamar NU ke-34 di Provinsi Lampung.

Kyai yang akrab disapa Gus Mahali ini mengungkapkan niatnya maju di bursa Caketum PBNU di Muktamar Lampung adalah untuk menciptakan suasana sejuk dalam situasi yang memanas imbas dari persaingan antara Ketum PBNU petahana, KH. Said Agil Siroj dan KH. Yahya Staquf yang saat ini menjabat Katib Aam PBNU.

Menurut Gus Mahali, selaku Tuan Rumah Penyelenggara Muktamar NU, wilayah Sumatera secara khusus juga perlu memiliki Calon Ketua Umum PBNU tersendiri sekaligus menjadi wakil untuk luar Jawa.

Apalagi, PBNU pernah dipimpin oleh almarhum Dr. KH. Idham Kholid asal Kalimantan Selatan dari tahun 1956 hingga 1984. Sementara Pulau Sumatera belum pernah memimpin PBNU sejak Organisasi Ulama ini didirikan pada 31 Januari 1926.

GoRiau Silaturahmi dengan salah seora
Silaturahmi dengan salah seorang kyai.

Hal ini diaminkan oleh sejumlah ulama dan Kyai NU, banyak petuah yang telah diberikan kepada Gus Mahali saat melakukan safar ke Ulama dan Kyai NU. Gus Mahali pun berjanji untuk konsolidasi akbar internal antara PBNU dengan PWNU dan PCNU se-Indonesia melalui pelaksanaan berbagai kegiatan berskala besar sehingga Warga NU bisa merasakan kedekatan hubungan dengan Para Petinggi PBNU.

Menyikapi situasi pra Muktamar NU ke-34 yang terasa memanas, Gus Mahali menyampaikan di manapun beliau bersilaturrahim agar tidak ada kritik atau kata-kata keras terhadap para petinggi PBNU.

Diharapkannya agar semua pihak menahan diri, menjaga marwah atau martabat Nahdlatul Ulama, organisasi besar yang didirikan para ulama. Gus Mahali tidak ingin terulangnya tangisan Gus Mus (KH. Mustofa Bisri, Ulama Sepuh NU asal Rembang, Jawa Tengah) yang bersedih atas kekacauan yang sempat terjadi di Muktamar NU ke-33 di Jombang Jawa Timur tahun 2015 lalu. “Saya mohon semua pendukung calon Ketum PBNU dapat tetap menghadirkan situasi kondusif. Perbedaan dalam pilihan adalah hal normal, jangan sampai muncul kebencian yang hanya akan merugikan persaudaraan sesama Nahdliyyin dan merusak wibawa Nahdlatul Ulama," kata Gus Mahali di berbagai kesempatan.

Lahir di Kepulauan Meranti, Kuliah di Luar Negeri

Gus Mahali lahir di Kabupaten Kepulauan Meranti pada Mei 1977. Usai menamakan pendidikan MI dan MTs Raudhatul Hidayah di kampung halamannya, ia meneruskan ke Madrasah Aliyah di YPPI (Yayasan Pesantren Pendidikan Islam) asuhan KH Abdullah HM dan Ponpes Al-Falah Pedekik Kabupaten Bengkalis dibawah bimbingan gurunya, Syekh KH  Muhammad Darwis.

Tahun 1995, Gus Mahali meneruskan studi ke luar negeri di Fakultas Syariah dan Hukum International Islamic University, Islamabad. Tahun 2002 Gus Mahali melanjutkan S-2 nya di Jurusan International Relations di universitas yang sama.

Sebelum pulang ke tanah air, Gus Mahali mendirikan NU Istimewa Cabang Pakistan 28 Mei 2005 bersama Gus Reza (Dr. KH. Reza Ahmad Zahid, MA) cucu KH Mahrus Ali Ponpes Lirboyo Kediri, juga bersama para sahabatnya seperti Gus Niam Sutaman, Gus Isyrokh Fuadi, Gus Faridu Ashrih Pati, Jawa Tengah; Gus Afifuddin Ponpes Al-Fatah Lamongan; Ust. Domo Burhanuddin Bekasi, dll.

Ingin Ikuti Jejak Sang Kakek

Selain itu, Gus Mahali ini juga ingin meneruskan perjuangan besar kakeknya, yaitu KH Humaidi Sholeh yang dulunya membawa KH Wahab Hasbullah bertemu Raja Arab Saudi Abdul Aziz Bin Saud tahun 1925 saat Kyai Wahab membawa misi dari Para Ulama Indonesia agar Makam Rasulullah SAW tidak dihancurkan.

Kakek Gus Mahali hijrah ke Universitas Al-Azhar Mesir setelah situasi di Mekah tidak lagi kondusif akibat menguatnya Paham Wahabi. Beliau mengarang Kitab Al-Instishor Wat Tarjih Liddinis Shohiih yang dicetak di Kairo, Mesir tahun 1932.

Menurut Ari Ginanjar Sya’ban, Lc alumnus Universitas Al-Azhar, Mesir yang mengajar di Universitas NU Jakarta, kitab ini dinilai karya monumental pertengahan abad ke-19 yang paling langka tentang Kristologi.

Gus Mahali pun hendak meneruskan perjuangan KH. Humaidi Sholeh yang berkiprah di PBNU bersama KH. Wahab Hasbullah mulai tahun 1933 hingga wafatnya di tahun 1961.

Kiprah kakek Gus Mahali ini tercatat di buku biografi Kyai Wahid Hasyim yang terbit tahun 1956 dimana KH. Humaidi Sholeh mengisi pengajian untuk Fatayat atau Muslimat NU di acara Kongres Nahdatul Ulama (sekarang Bernama Muktamar NU) menggunakan satir atau pembatas. Lalu KH. Wahab Hasbullah yang memimpin doa selesai pengajian. KH. Humaidi Sholeh juga meresmikan PCNU Cibeber, Cilegon Banten bersama KH. Wahab Hasbullah tahun 1935.

Dapat Restu dari Kyai-kyai

Gus Mahali, begitu sapaan akrabnya selama ini, adalah Generasi NU Milenial yang menjabat Dewan Syuriah PWNU Provinsi Riau 2015-2020 dan juga Dewan Pengurus MUI Provinsi Riau 2015 hingga sekarang.

Belum lama ini, Gus Mahali sudah menjalin silaturahmi dan mendapat restu dari sejumlah ulama dan kyai sepuh NU dari berbagai provinsi, diantaranya 1. Maulana Habib Lutfi Bin Yahya Pimpinan Organisasi Tarekat an-Nahdliyyah se-Indonesia di Pekalongan, Jawa Tengah yang juga Wantimpres RI, 2. Abuya Muhtadi Dimyathi Ulama Karismatik Banten, 3. Rois Syuriah PWNU DKI Jakarta KH. Muhyiddin Ishaq yang juga Pengasuh Ponpes Mifathul Ulum, Cipete, Jakarta, 4. KH. Marzuki Mustamar Pengasuh Ponpes Sabilurrosyad, Kota Malang, 5. KH. Ahmad Fahri Suyuti Pengasuh Ponpes Al-Bustan Banyugiri, Sumenep, Madura, 6. KH. Nasir Asy’ari Sesepuh Ulama NU Kota Salatiga yang juga Pengasuh Ponpes Masyitoh Tingkir, Salatiga, Jawa Tengah, 7. Al-Habib Taufiq Bin Ali Bin Shahaab Sesepuh Habaaib Kota Palembang, Sumatera Selatan, 8. KH. Abu Syuja’ al-Tingkiry Sesepuh NU Darmasyraya, Sumatera Barat, 9. Syekh KH. Mahmuddin Pasaribu Sesepuh Ulama NU dan Rois Syuriah PWNU Sumatera Utara yang juga Ulama Ponpes Al-Mustafawiyah Purba Baru, Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Untuk di Provinsi Riau, tanah kelahiran Gus Mahali, restu dan dukungan mengalir dari berbagai pihak. Misalnya dari Ibu Nyai Hj. Zainab Binti KH. Humaidi Sholeh Dewan Mustasyar Muslimat NU Kab. Kep. Meranti yang juga Putri Dewan Pendiri Nahdlatul Ulama yang berdomisili di Riau; Ibu Nyai Hj. Aminah Ubaidillah Pengasuh Ponpes Nurul Huda al-Islami, Kota Pekanbaru; T. Rusli Ahmad, Ketua Umum DPP Santri Tani NU; KH. Ahmad Nur Belilas, Kab. Indragiri Hulu; Dr. Rizal Akbar, M.Pd Intelektual yang juga Pimpinan STAI Tafaqquh Fiid Dien Kota Dumai; KH. Ramlan Sesepuh NU Kab. Bengkalis; Kyai Aminullah Sanusi Pimpinan Majlis Sholawat Bintang Sembilan Kubang Kab. Kampar; Habib Ahmad Bin Agil BSA Penasehat Majlis Ta’lim Darul Hasyimi Kota Pekanbaru; KH. Syahruddin Kasim Pengasuh Ponpes Raudhatul Ulum Playar, Kundur, Kab. Kep. Meranti dan banyak lagi lainnya. ***